"Jadi, angkatlah segelas air ke asteroid, meteorit, hidrogen molekuler, gunung berapi, dan proses lain yang mungkin telah membawa air ke planet kita. Kita tidak akan berada di sini tanpa mereka," seloroh Jason Davis, Senior Editor dari The Planetary Society.
Ketika oksigen tersebar luas, 2,2 sampai 2,5 miliar tahunan lalu, menurut Marshall, oksigen ironisnya justru menyebabkan kepunahan massal di antara mikroba yang tidak mampu mengatasinya. Oksigen juga mendorong inovasi evolusi. Saat ini hampir semua hewan menghirupnya dan mungkin berada di balik asal mula jam sirkadian. Inilah tonggak keanekaragamaan hayati di Bumi. Episode ini membuat saya sedih. Gelas sulang perlu kita angkat untuk para mikroba yang telah berjibaku berjuang demi tersedianya oksigen namun tragisnya mereka sendiri tersingkir dari linimasa yang mereka buat.Â
Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati (Ing. CBD) dalam Kelangsungan Hidup di Bumi menerangkan:
"Keanekaragaman hayati adalah istilah yang diberikan kepada variasi kehidupan di Bumi dan pola-pola alami yang terbentuk. Keanekaragaman hayati yang kita lihat saat ini adalah hasil evolusi selama miliaran tahun evolusi, yang dibentuk oleh proses-proses alami dan, semakin lama, oleh pengaruh manusia, oleh pengaruh manusia. Hal ini membentuk jaringan kehidupan yang merupakan bagian integral dari kehidupan kita dan di mana kita sepenuhnya bergantung.
Keanekaragaman ini sering dipahami dalam arti luas berbagai macam tanaman, hewan dan mikroorganisme. Sejauh ini, sekitar
1,75 juta spesies telah diidentifikasi, sebagian besar berukuran kecil makhluk kecil seperti serangga. Para ilmuwan memperkirakan bahwa sebenarnya ada sekitar 13 juta spesies, meskipun perkiraannya berkisar dari 3 hingga 100 juta."
Kita, manusia, bukanlah satu-satunya pemilik hak hidup di planet Bumi. Faktanya, kita hanyalah 1 dari 100 juta spesies makhluk Bumi. Terlebih, kita pun, menurut para ahli, baru ada sekitar 2 jutaan tahun lalu. Terdapat pesan halus dalam posisi 'bontot' kita dalam sejarah Bumi ini. Kita dirancang untuk mengambil banyak pelajaran dari apapun yang ada sebelum kita dan ditakdirkan untuk mencerminkan sifat kasih Sang Pencipta di hadapan segenap ciptaan-Nya.Â
Tentang Pelepasan Siswa Kelas XII
Anak didik saya yang hari ini akan dilepas untuk lebih mengembangkan potensi dan kompetensi diri mereka diharapkan akan menambah keanekaragaman insani.Â
Jejang SMA terhitung sangat strategis dalam linimasa pembelajaran formal. Masa belajar tiga tahun di SMA, setara dengan sisa usia siswa selepasnya. Bila usia seseorang mencapai usia 80 tahun, dan ia menamatkan masa SMA-nya pada usia 18 tahun, maka bisa dikatakan bahwa 62 tahun sisa hidupnya sedikit banyak ditentukan oleh tiga tahun SMA-nya.
Apa yang saya sering sampaikan di kelas ini bersifat generalis atau mungkin terkesan hiperbolis. Akan tetapi inti dari pernyataan di atas lebih kepada sebuah pengingat keras akan betapa pentingnya para peserta didik untuk mengoptimalkan upaya mereka di jejang akhir masa persekolahan sebelum mereka lanjut ke perguruan tinggi dan dunia kerja.Â
Esensi dari kegiatan pelepasan seyogianya memperkaya keanekaragaman insani, yakni keanekaragaman kapasitas manusiawi yang akan memperkaya sumber daya manusia di lingkungan manapun yang para peserta didik masuki.Â