Tulisan ini bukan tentang String Theory (Teori Dawai). Bagi yang singgah karena berharap tulisan ini berbicara tentang Teori Dawai, saya sudah berusaha minta maaf sejak dari judul tulisan. Namun, siapa pun yang berkenan untuk tinggal sejenak untuk melanjutkan menapaki paragraf-paragraf yang ada, ia akan mengenal semesta dawai - hanya saja tentu sebuah versi berbeda dari apa yang boleh jadi ia harapkan. Â
Baik. Saya selalu merasa merupakan bagian dari penghuni Bumi. Dalam artian luas, tentu saja. Jadi bukan karena saya tinggal di salah satu bagian kecil di atas punggung sebuah bola raksasa bernama Bumi, melainkan sebagai bagian dari ras besar manusia Bumi.Â
Sebagai penghuni Bumi penyuka musik, gitar merupakan instrumen favorit saya. Boleh jadi latar belakang pemaforitan ini lebih karena gitar merupakan instrumen pertama yang dipelajari melalui kedua kakak laki-laki saya - meski itu pun dalam bentuk yang terbilang sederhana.Â
Jauh setelahnya, baru saya menemukan ungkapan-ungkapan langitan dari maestro sekelas Beethoven dan Chopin mengenai gitar. Konon, Ludwig van Beethoven (1770-1827) pernah berkata bahwa gitar adalah sebuah miniatur orkestra itu sendiri. Sementara Frederic Chopin (1810-1849) suatu ketika diriwayatkan berujar, "Tidak ada yang lebih indah dari sebuah gitar," tulisnya, "kecuali mungkin dua gitar."
Hubungan saya dengan gitar sendiri terbilang 'platonis'. Sebatas saling berbagi ruang musikal namun tidak pernah menjadi bagian integral semesta gitar. Dalam ungkapan sederhananya, bakat kecilnya dalam bermain gitar diperparah dengan minimnya disiplin dalam berlatih menjadikan saya berada dalam kasta terbawah dalam piramida manusia Bumi yang bermain gitar.Â
Kendati demikian sebagai penghuni dasar piramida ini saya masih mendapatkan karunia untuk bisa menikmati ungkapan-ungkapan esoterik jemari para maestro seperti Hendrix, Page, Beck, Blackmore, van Halen dan lainnya. Ungkapan estorik dalam semesta berdawai enam - the six strings universe.
Dalam perspektif penghuni Bumi, saya tertarik untuk mencari tahu saudara dalam DNA gitar di belahan dunia lainnya. Gitar teramat lekat dengan Barat. Lirikan pun di arahkan ke Timur. Menelusuri jejak 'DNA' gitar, sebagaimana yang dilakukan ahli genetika dan antropolog Amerika Spencer Wells dengan The Journey of Man-nya, akan sangat mendebarkan rasa. Untuk mengurangi risiko ketinggian akibat sindroma Ikaros, saya akan coba melusuri jejak gitar ini secara bersahaja. Mari kita mulai!
Leluhur Gitar di Masa Lampau
Banyak yang mengatakan bahwa seorang pria yang dikenal sebagai Lamech, tulis Musicians Institute,  yang merupakan kakek Nuh dan cucu keenam Adam dan Hawa, mendesain pendahulu gitar dari Arab ini. Konon, Lamech terinspirasi untuk mendesain bentuk alat musik, yang dikenal sebagai oud (selanjutnya saya tulis 'ud), setelah menggantungkan jasad putranya yang telah meninggal di sebuah pohon.
Alat musik seperti gitar, menurut laman laman Yamaha, yang menghasilkan suara dengan cara memetik senar disebut alat musik petik. Alat musik petik yang sangat mirip dengan gitar dapat dilihat pada gambar yang dilukis sekitar tahun 3.000 S.M.Â
Meskipun tidak ada informasi yang tersedia mengenai bagaimana alat musik ini berkembang setelah gambar tersebut dilukis untuk mendukung teori ini, tidak diragukan lagi bahwa alat musik ini telah direnovasi menjadi berbagai macam alat musik dengan bentuk yang berbeda, dan kemudian diperkirakan telah menyebar ke seluruh dunia. Â Â
Catatan gambar kuno pertama tentang alat musik petik yang mirip lute, ungkap Musicians Institute, pertama kali muncul pada tahun 3500 hingga 3200 SM di Mesopotamia Selatan - Irak, yang sekarang menjadi Kota Nasiriyah. Gambar tersebut menggambarkan seorang wanita berjongkok di atas perahu; posisi tangannya di atas alat musik mengindikasikan bahwa ia sedang memainkan alat musik.
"Jenis lute berleher panjang dan pendek terus muncul dalam catatan bergambar sepanjang sejarah Mesopotamia dan Mesir. Museum Metropolitan New York, Philadelphia, Cleveland, dan British Museum memajang banyak contoh catatan bergambar ini di atas tablet tanah liat dan kertas papirus," lansirnya.
Lute hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, menurut  Musicians Institute. Tetapi umumnya memiliki bagian belakang yang melengkung. Alat musik ini diwariskan dari Mesir ke Yunani dan kemudian ke Romawi, yang kemudian membawanya ke Eropa.Â
Sedikit tentang Yunani, Mark Cartwright  dalam Kithara mengungkapkan bahwa kithara (gitar) adalah alat musik petik, yang berhubungan dengan lute, yang dimainkan oleh orang Yunani kuno dan terkait erat dengan dewa Apollo, meskipun dalam mitologi, penemuannya dikaitkan dengan Hermes yang membuat alat musik ini dari cangkang kura-kura (chelys). Para musisi (kitharistu) membutuhkan keahlian yang tinggi untuk memainkan alat musik yang sulit ini, dan biasanya dimainkan sebagai pengiring lagu (kitharodeia).
"Pertunjukan kithara biasanya paling populer di festival dan kompetisi musik seperti Delia, festival musik Ionia yang diadakan di Delos dari periode Archaic. Bermain kithara juga merupakan bagian penting dari pendidikan serba bisa bagi pria muda Yunani," ungkap Cartwright.
Dari kata kitharalah secara umum diyakini bahwa sebutan gitar berasal. Hanya saja bila kita sedikit cermat kithara ternyata lebih dekat kepada lira - Â alat musik dawai yang terkenal pada masa Antikuitas Klasik di Yunani dan masa-masa setelahnya. Secara amatan sederhana, saya lebih memasukkan lira ke dalam keluarga harpa alih-alih gitar. Gambar di bawah ini dapat memudahkan identifikasi yang saya maksudkan.
Leluhur Gitar yang Kita Kenali
Menurut Musicians Institute, sejarah gitar secara umum berawal dari dua instrumen, yaitu 'ud dan lute, yang mendahului era sejarah tertulis. Sedangkan menurut Maqam World kata lute sendiri berasal dari kata 'ud. "Lute di Eropa adalah turunan dari 'ud, yang [bahkan] diambil dari namanya (al-'ud)," tulis Maqam.Â
Lute rupanya bentuk koruptif dari kata al-'ud yang kemudian menjadi lud sebelum kemudian berubah menjadi lute (dibaca: 'lut'). Sejarah panjang gitar berhutang kepada bangsa Moor - sebutan orang semenjung Iberia untuk kaum Muslimin atau Arab - yang menurut Musicians Institute telah membawa 'ud ketika mereka menginvasi Spanyol Selatan pada tahun 711 Masehi.Â
"Alat musik petik yang pertama kali disebut gitar muncul di Spanyol sekitar pergantian abad ke-15. Alat musik ini sebenarnya disebut vihuela, dan terdiri dari empat senar ganda (jalur berpasangan). Empat senar ganda menunjukkan bahwa alat musik ini memiliki dua senar pada setiap senar, di sepanjang leher, dengan total delapan senar. Versi lima senar ganda muncul sekitar tahun 1600, dengan versi enam senar tunggal menjadi populer di Eropa pada tahun 1800-an. Instrumen enam senar tunggal ini tidak diragukan lagi merupakan nenek moyang yang paling dekat dengan gitar masa kini, dan bahkan disebut sebagai gitar abad kesembilan belas," lansir Yamaha.
Rupanya gitar yang dengannya saya belajar untuk pertama kali merupakan versi abad ke-19. Bila tidak salah ingat, waktu itu saya kelas 5-6 SD dan nama gitarnya sendiri Yamaha. Hanya satu yang pasti, leher gitar tersebut terlalu lebar untuk jari-jari pendek saya saat itu.Â
Adalah Antonio de Torres (1817-1892) yang membuat versi gitar yang lebih besar, yang juga menghasilkan nada yang lebih keras. Torres, tulis Yamaha, memperpanjang panjang senar dan bodi, serta melebarkan bodi gitar itu sendiri untuk menciptakan versi pertama gitar modern. Pembuat gitar lainnya memperhatikan modifikasi yang telah dibuatnya dan mempopulerkan metode pembuatannya. Penambahan lebih lanjut dilakukan di sepanjang jalan, untuk menciptakan gitar yang lebih mirip dengan gitar modern. Jadi terhitung aman untuk menyebut Torres sebagai luthier (pembuat gitar) pertama generasi modern ini.Â
Adapun gitar akustik flat top tetap menjadi bentuk gitar akustik yang paling populer, hampir dua abad setelah penemuannya. Pembuat gitar Amerika kelahiran Jerman, Christian Frederick Martin, menciptakan flat top. Martin mengganti penyangga kipas kuno dengan penyangga X untuk membantu bodi gitar menangani tekanan ekstra dari senar baja modern, yang telah menimbulkan masalah pada gitar-gitar gaya Torres yang lama.
Senar baja yang ketat dari flat top juga mengharuskan gitaris untuk mengubah gaya bermain mereka dan menggunakan pick lebih sering, yang secara fundamental mengubah jenis musik yang dimainkan pada instrumen ini. Melodi pada gitar klasik sangat presisi dan halus, misalnya, sementara senar baja dan pick menciptakan musik yang cerah dan digerakkan oleh akor. Penggunaan pick yang umum juga memicu evolusi pickguard, yang sekarang terlihat di bawah lubang suara pada sebagian besar gitar flat top.
Banyak yang mengaitkan Orville Gibson dengan penciptaan gitar archtop. Gitar ini memiliki fitur lubang F, bagian atas dan belakang yang melengkung, serta bridge yang dapat disesuaikan, yang meningkatkan nada dan volume instrumen. Gibson menciptakan gitar yang memiliki badan yang mirip dengan cello, yang membantu instrumen menghasilkan suara yang lebih keras. Musisi jazz dan country dengan cepat menggunakan gitar ini; band-band besar dan band swing juga menggunakan flat top.Â
George Beauchamp dan rekannya Adolph Rickenbacker, mengutip dari  Musicians Institute, memenangkan paten pertama untuk gitar listrik pada tahun 1931. Banyak penemu dan pembuat gitar lainnya yang mengerjakan versi elektrik dari instrumen lama ini pada waktu yang hampir bersamaan. Les Paul memelopori gitar berbadan padat yang dibuat oleh Gibson Guitars, misalnya, dan Leo Fender menciptakan Fender Telecaster pada tahun 1951. Bersama-sama, Fender Telecaster, Gibson Les Paul, dan Gibson SG membantu gitar-gitar di masa lampau berevolusi menjadi gitar elektrik berbadan padat yang masih digunakan hingga saat ini.
Gitar, Instrumen Paling Fenomenal dalam Sejarah
Gitar, dalam banyak hal, tulis Ray dalam 5 Times the Guitar Changed History, adalah salah satu alat musik paling penting di dunia. Ditemukan di setiap negara di planet ini, dan digunakan di hampir semua genre musik yang ada, senar enam yang sederhana ini telah mendominasi cara kita memainkan dan mendengarkan musik selama satu abad terakhir.
Setidaknya lima kali, menurut Ray, gitar telah mengubah arah sejarah dalam musik: Pertama, gitar telah membuat bermain musik menjadi lebih portabel dan mudah diakses. Kedua, gitar menciptakan 'Band' seperti yang kita kenal. Ketiga, gitar menciptakan beberapa genre seperti rock 'n' roll, hard rock, metal, grunge dan banyak lagi. Keempat, gitar memicu momen revolusioner dalam budaya. Dan, kelima, gitar telah memungkinkan musisi otodidak berkuasa. "Itu hanyalah beberapa momen menakjubkan dalam sejarah budaya di mana gitar telah memainkan peran penting. Apakah salah satu dari momen-momen tersebut terbukti memberikan pengaruh yang besar bagi Anda? Bagaimana pun cara Anda mendapatkan instrumen ini, yang terpenting adalah memainkannya sebanyak mungkin, dan nikmati momen gitar yang mengubah hidup Anda!" ungkap Ray.Â
Laman Breakthrough Guitar melansir sebuah laporan bahwa menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Fender, salah satu produsen gitar terkemuka di dunia, ada sekitar 50 juta pemain gitar di semua kelompok usia di seluruh dunia. Namun, jumlah ini mungkin lebih tinggi karena tidak semua pemain gitar mendaftar ke sebuah organisasi atau perusahaan.Â
"Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Fender, sekitar 10% dari populasi dunia tahu cara bermain gitar. Ini berarti bahwa dari hampir 7 miliar orang di seluruh dunia, sekitar 700 juta orang mengetahui cara memainkan alat musik ini atau setidaknya pernah mencoba memainkannya beberapa kali dalam hidup mereka. Persentase ini bervariasi menurut negara dan wilayah," tulis Breakthrough Guitar.
Ulasan tentang buku Guitar Cultures karya Andy Bennett dan Kevin Dawe menarik untuk dicermati:Â
"Gitar adalah salah satu instrumen yang paling menggugah di dunia. Alat musik ini tampil dalam musik yang beragam seperti heavy metal, blues, indie, dan flamenco, serta musik klasik India, musik desa di Papua Nugini, dan karnaval di Brasil. Popularitas lintas budaya ini menjadikannya titik awal yang unik untuk memahami interaksi sosial dan identitas budaya.Â
Musik gitar bisa seksi, menenangkan, melankolis, atau mania, tetapi hampir selalu menyatukan orang dan menciptakan landasan bersama meskipun landasan bersama ini sering kali menjadi tempat negosiasi dan kontes sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang intens. buku ini mengeksplorasi bagaimana orang menggunakan gitar dan musik gitar di berbagai negara di seluruh dunia sebagai dasar musikal dan simbolis untuk menciptakan identitas.Â
Di dunia di mana tempat dan ruang ditantang oleh laju globalisasi, gitar memberikan citra, suara, dan gaya yang membantu mendefinisikan wilayah budaya baru. Gitar memainkan peran penting dalam membentuk industri musik komersial, program musik pendidikan, dan atmosfer komunitas lokal.Â
Musik dan pertunjukan gitar, baik secara langsung maupun rekaman, pengumpulan dan pembuatannya menopang jaringan pertukaran sosial yang beragam yang membentuk lingkungan budaya yang berbeda, dan merupakan analisis berkelanjutan pertama mengenai makna gitar bagi para seniman dan penonton di seluruh dunia, buku ini menunjukkan bahwa artefak material yang tampaknya sederhana ini memiliki makna yang dalam seperti halnya musik."
Dalam konteks Indonesia, gitar juga memerankan andil besar saat Rhoma Irama melakukan revolusi dalam genre musik dangdut yang kemudian melahirkan subgenre musik dangdut ala Rhoma.Â
Dengan gitarnya ia menyisipkan sentuhan rock ala gitaris Deep Purple, Ritchie Blackmore. Saat penggila musik rock di Indonesia mencemooh dangdut yang dipelopori Rhoma, Raja Dangdut ini berdiri kokoh menghadapinya.Â
Sejarah musik tanah air mencatat bahwa pentolan God Bless, Ahmad Albar dan Ian Antono, sampai turun tangan dengan menggubah lagu Zakia yang bergenre dangdut sebagai simbol rekonsiliasi musikal. Gitar sebagai simbol perjuangan seorang Rhoma juga kemudian melahirkan frasa Satria Bergitar yang tak kalah fenomenalnya. Â
Sulit membayangkan revolusi musikal dalam sejarah musik Melayu tanpa peran gitar di dalamnya. Atas kiprah dangdut dalam sejarah permusikan di tanah air ini, sebuah ungkapan apresiatif dikemas jenaka oleh Project Pop: Dangdut is the music of my country.
Gitar saya anggap sebagai rajanya instrumen musik. Ia sangat ekspresif baik secara sound maupun teknik permainan. Dengan pilihan sound dan teknik permainan tingkat tinggi, Yngwie bisa mengubah permainan gitarnya seperti halnya biola atau Eddie yang menirukan suara kuda dan gajah dengan gitarnya. Belum lagi, lewat trik dan teknik tambahan tertentu, Tommy Emmanuel menjadikan gitar begitu perkusif disamping ritmik-melodik. Atau, Marcin PatrzaÅ‚ek fingerstylist Gen-Z yang membawa gitar menjadi begitu eksplosif. Gitar ditakdirkan terlahir dengan jiwa revolusi di dalamnya.Â
Kembali, Tentang 'Ud
'Ud, lansir laman Maqam World, adalah salah satu instrumen paling populer dalam musik Arab. Namanya berarti "potongan kayu tipis" dalam bahasa Arab, dan ini mengacu pada potongan kayu yang digunakan untuk membuat tubuhnya yang berbentuk buah pir. Leher 'ud pendek dibandingkan dengan tubuhnya dan tidak memiliki fret. Hal ini memungkinkan 'ud mencapai intonasi yang sangat baik dan membuatnya ideal untuk memainkan maqamat (tangga nada) Arab.
'Ud biasanya memiliki lima pasang senar yang disetel serempak dan satu senar bass, meskipun beberapa oud memiliki satu pasang senar tambahan. Penyeteman yang paling umum (rendah ke tinggi) adalah C, F, A, D, G, C, yang membuat semua interval (kecuali F ke A) menjadi seperempat sempurna.Â
Senar secara historis terbuat dari usus hewan, dan dipetik dengan plectrum yang dikenal sebagai risha (bahasa Arab untuk bulu). Senar modern terbuat dari baja yang dililitkan di atas nilon, dan risha modern terbuat dari plastik, batok kura-kura, tanduk binatang, atau bahkan bambu.Â
'Ud memiliki warna suara yang hangat dan rentang nada yang luas (sekitar tiga oktaf), dan dapat menyampaikan melodi dan ritme dengan baik karena bersifat perkusif. Hal ini membuatnya sangat cocok untuk mengiringi penyanyi. Alat musik ini juga merupakan instrumen favorit para komposer untuk menulis melodi baru. 'Ud taqasim juga sangat populer dalam konser langsung maupun rekaman.
Saat menyimak permainan 'Amer 'Ammouri, pemain 'ud asal Syiria di rumah opera Kairo, angan serasa melayang ke suasana padang pasir di kala senja sambil memandang lautan pasir yang ujungnya menyatu dengan langit.Â
Sebagai manusia Bumi yang tinggal sejauh 8.985 km dari Mesir, dengan kebangsaan yang sama sekali berbeda, saya bisa sepenuhnya larut dalam semesta dawai, the string universe.Â
Bukan hanya itu, karena kata 'ud  seakar dengan kata 'id yang artinya kembali, maka alunan nada magis yang dihasilkan 'ud seakan mengembalikan saya kepada singularitas ras manusia jauh sebelum berdiaspora ke segala penjuru dunia seperti sekarang ini. Atau, bila 'id diartikan sebagai hari raya, maka alunan musik yang dihasilkan sebuah 'ud seakan mengajak kita untuk merayakan keberasalan kita dari satu ras manusia, yakni ras manusia Bumi yang berasal dari satu titik evolusi non-Darwinian. Dalam sudut pandang ini, saya merasa cukup religius untuk sekedar duduk terpekur di bawah alunan nada-nada esoterik yang dihasilkan dawai 'ud.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H