Gitar saya anggap sebagai rajanya instrumen musik. Ia sangat ekspresif baik secara sound maupun teknik permainan. Dengan pilihan sound dan teknik permainan tingkat tinggi, Yngwie bisa mengubah permainan gitarnya seperti halnya biola atau Eddie yang menirukan suara kuda dan gajah dengan gitarnya. Belum lagi, lewat trik dan teknik tambahan tertentu, Tommy Emmanuel menjadikan gitar begitu perkusif disamping ritmik-melodik. Atau, Marcin PatrzaÅ‚ek fingerstylist Gen-Z yang membawa gitar menjadi begitu eksplosif. Gitar ditakdirkan terlahir dengan jiwa revolusi di dalamnya.Â
Kembali, Tentang 'Ud
'Ud, lansir laman Maqam World, adalah salah satu instrumen paling populer dalam musik Arab. Namanya berarti "potongan kayu tipis" dalam bahasa Arab, dan ini mengacu pada potongan kayu yang digunakan untuk membuat tubuhnya yang berbentuk buah pir. Leher 'ud pendek dibandingkan dengan tubuhnya dan tidak memiliki fret. Hal ini memungkinkan 'ud mencapai intonasi yang sangat baik dan membuatnya ideal untuk memainkan maqamat (tangga nada) Arab.
'Ud biasanya memiliki lima pasang senar yang disetel serempak dan satu senar bass, meskipun beberapa oud memiliki satu pasang senar tambahan. Penyeteman yang paling umum (rendah ke tinggi) adalah C, F, A, D, G, C, yang membuat semua interval (kecuali F ke A) menjadi seperempat sempurna.Â
Senar secara historis terbuat dari usus hewan, dan dipetik dengan plectrum yang dikenal sebagai risha (bahasa Arab untuk bulu). Senar modern terbuat dari baja yang dililitkan di atas nilon, dan risha modern terbuat dari plastik, batok kura-kura, tanduk binatang, atau bahkan bambu.Â
'Ud memiliki warna suara yang hangat dan rentang nada yang luas (sekitar tiga oktaf), dan dapat menyampaikan melodi dan ritme dengan baik karena bersifat perkusif. Hal ini membuatnya sangat cocok untuk mengiringi penyanyi. Alat musik ini juga merupakan instrumen favorit para komposer untuk menulis melodi baru. 'Ud taqasim juga sangat populer dalam konser langsung maupun rekaman.
Saat menyimak permainan 'Amer 'Ammouri, pemain 'ud asal Syiria di rumah opera Kairo, angan serasa melayang ke suasana padang pasir di kala senja sambil memandang lautan pasir yang ujungnya menyatu dengan langit.Â
Sebagai manusia Bumi yang tinggal sejauh 8.985 km dari Mesir, dengan kebangsaan yang sama sekali berbeda, saya bisa sepenuhnya larut dalam semesta dawai, the string universe.Â
Bukan hanya itu, karena kata 'ud  seakar dengan kata 'id yang artinya kembali, maka alunan nada magis yang dihasilkan 'ud seakan mengembalikan saya kepada singularitas ras manusia jauh sebelum berdiaspora ke segala penjuru dunia seperti sekarang ini. Atau, bila 'id diartikan sebagai hari raya, maka alunan musik yang dihasilkan sebuah 'ud seakan mengajak kita untuk merayakan keberasalan kita dari satu ras manusia, yakni ras manusia Bumi yang berasal dari satu titik evolusi non-Darwinian. Dalam sudut pandang ini, saya merasa cukup religius untuk sekedar duduk terpekur di bawah alunan nada-nada esoterik yang dihasilkan dawai 'ud.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H