2 Mei 2021 adalah hari pertama saya menulis di Kompasiana. Itu berarti hari pertama saya ber-Kompasiana. Jadi, hari Kamis kemarin, 2 Mei 2024, yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2024 merupakan tahun ketiga usia akun ini. Â
Akhir-akhir ini, YouTube dengan algoritma shorts-nya menawarkan kanal-kanal yang menampilkan musisi kafe atau resto yang memainkan komposisi klasik yang kemudian ditimpali oleh pengunjung di sana. Beberapa adegan memang staged alias konten settingan. Namun, terlepas apapun formatnya, menyaksikan sebuah karya seni dihasilkan secara kolaboratif 'dadakan' merupakan hiburan tersendiri. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah saat Lacrimosa dari Requiem in D minor, K. 626, karya Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) dimainkan oleh Emilio Piano bersama para penyanyi opera yang kebetulan sedang singgah untuk makan malam. Konon Mozart menggubah bagian dari Requiem di Wina pada akhir 1791, tetapi belum selesai pada saat kematiannya pada 5 Desember di tahun yang sama. Mozart seakan menuliskan rekuiemnya sendiri:
Lacrimosa dies illa
Qua resurget ex favilla
Judicandus homo reus.
Huic ergo parce, Deus:
Pie Jesu Domine,
Dona eis requiem.
Amen.
"Penuh tangisan di hari itu
Saat itu dari abu akan bangkit
Seorang manusia yang akan dihakimi
Mohon ampuni dia, wahai Tuhan:
Wahai Yesus yang Mahasuci,
Berikan mereka peristirahatan abadi.
Amin."
Manusia yang dimaksudkan akan dihakimi dan dimohonkan atasnya ampunan nampaknya adalah untuk diri Mozart sendiri.
Dua Kamis Istimewa
Bila Kamis (02/05) bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, maka Kamis depan (09/05), kita akan kembali memperingati sebuah peristiwa. Kali ini peristiwa keagamaan dalam tradisi saudara-saudara Nasrani kita, Hari Kenaikan Isa Almasih - Kenaikan Yesus Kristus dalam redaksi Kristiani.
Keterangkatan Yesus ke langit pasca melewati derita luar biasa di atas palang salib menjadi spirit inti peringatan Hari Kenaikan Isa Almasih.  Derita jelang dan saat penyaliban yang dijalani  oleh Yesus tergambar dalam manuskrip yang kemudian dibukukan - dan ajaibnya sampai kepada kita: The crucifixion, by an eye-witness; a letter, written seven years after the crucifixion - Penyaliban, oleh saksi mata; sebuah surat, ditulis tujuh tahun setelah penyaliban. Untuk versi pdfnya dapat diunduh pada tautan ini. Sebagai salah satu nabi yang bergelar Ulul Azhmi, Yesus (Isa Almasih) memperlihatkan keteguhan luar biasa dalam mendakwahkan ajaran cintanya.Â
Secara filmis sinematografis derita Yesus - terlepas kontroversial yang ditimbulkan - terlukiskan dalam film besutan Mel Gibson tahun 2004, The Passion of the Christ. Sementara untuk rekam jejak derita  Yesus terabadikan dalam kain kapan - yang kembali menuai kontroversial - seperti yang dikemukakan oleh Pierre Barbet dalam bukunya The Passion of Our Lord Jesus Christ as Described by a Surgeon. Barbet adalah seorang dokter Prancis, dan kepala ahli bedah di Rumah Sakit Saint Joseph di Paris. Dengan melakukan berbagai eksperimen, Barbet memperkenalkan seperangkat teori tentang penyaliban Yesus.Â
Berkenaan dengan kain kapan Yesus, Pierre Barbet (1963, h. 19) dengan merujuk kepada Osservatore Romano, 7-8 September 1936, menulis: