Hari ketiga Syawwal, atau tiga hari sejak berlalunya Ramadan, dimulai dengan pagi yang cerah.
Sepasang burung dari suku Estrildidae bertengger di atas dahan Sauropus androgynus (katuk). Hinggapannya membuat bulir embun berjatuhan. Sejenak saya amati tanaman obat dan beberapa tanaman sayuran yang ditanam ibu mertua di halaman rumah. Ternyata beberapa pasang burung lainnya turut menikmati hangat sinar matahari Senin pagi ini. Sementara, rimbunnya Physalis angulata, dalam bahasa Sunda cecen(d)et, menjadi lokasi rendezvous favorit burung keluarga pipit ini.Â
Hari ketiga Syawwal adalah hari terakhir dalam trilogi tiga hari pertama pasca-Ramadan yang di dalamnya kita bertakbir secara khusus. Selepas sembahyang berjamaah di masjid, imam masjid kami selalu mengajak makmumnya bersama-sama membaca takbir. Walitukabbirullaha 'ala maa hadaakum, dan agar kalian mengagungkan Allah atas apa-apa yang diberikan petunjuk-Nya atas kalian, begitu perintah Al-Qur'annya. Petunjuk teragung itu sendiri adalah Al-Qur'an yang diturunkan Allah pada bulan Ramadan sebagaimana bagian depan ayat ke-185 tersebut: Syahru Ramadanalladzi unzila fihil-Qur`anu hudal lin-nasi wa bayyinatim minal-huda wal-furqan (bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda itu).
Ada perasaan sedih saat bertakbir. Terlebih pada hari ketiga ini. Betapa tidak, Ramadan telah berjarak tiga hari dari pertamuan tahunannya dengan kita.
Sebuah hiburan trivial alias remeh muncul saat melihat kalender. Ada tiga peringatan yang berderet urut mulai tanggal 21, 22 dan 23 April: Hari Kartini, Hari Bumi Sedunia dan Hari Buku Sedunia. Dalam konteks Hari Buku Sedunia, saya teringat sebuah judul buku yang begitu lekat dalam benak. The First Three Minutes. Terasa sangat relate saja dengan momentum tiga hari pertama selepas Ramadan tahun ini.
Tiga Menit Pertama
Steven Weinberg meraih Nobel bersama dua fisikawan lainnya, Abdus Salam dan Sheldon Glashow pada tahun 1979. Ia menulis sebuah buku dengan judul The First Three Minutes : A Modern View of the Origin of the Universe (Tiga Menit Pertama: Sebuah Pandangan Modern tentang Asal-Usul Semesta) pada tahun 1977.
Merupakan hal yang luar biasa untuk dapat mengatakan seperti apa alam semesta pada akhir detik pertama atau yang pertama menit atau tahun pertama. Bagi seorang fisikawan, hal yang menggembirakan hal adalah dapat mengerjakan sesuatu secara numerik, dapat untuk mengatakan bahwa pada saat ini dan itu suhu dan kepadatan dan komposisi kimia alam semesta memiliki suhu dan dan nilai-nilai seperti itu. Benar, kita tidak benar-benar yakin tentang semua ini, tetapi sangat menarik bahwa kita sekarang dapat berbicara tentang hal-hal seperti itu dengan penuh keyakinan. Kegembiraan inilah yang ingin saya sampaikan kepada pembaca, tulis Weinberg dalam kata Pengantarnya.
Sungguh bahagia mereka yang berbahagia dengan pengetahuannya. Mereka yang tidak mengalami 'kutukan' pengetahuan.Â