Dalam salah satu sesi pelatihan Komite Pembelajaran untuk persiapan implementasi Kurikulum Merdeka beberapa waktu lalu, seorang narasumber mengutip sekilas tentang konsep growth mindset.
Saya coba cari tahu sedikit tentang apa itu growth mindset. Satu sumber menyimpulkan bahwa Carol Dweck, psikolog dari universitas Stanford Amerika, menciptakan istilah fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir berkembang) untuk menggambarkan keyakinan yang mendasari orang memiliki tentang belajar dan kecerdasan.Â
Ketika siswa percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar, mereka tahu bahwa usaha akan membuat mereka lebih kuat. Oleh karena itu mereka mengerahkan waktu dan usaha ekstra, dan itu mengarah pada pencapaian yang lebih tinggi.
Apa itu Growth Mindset?
Di laman The Glossary of Education Reform saya membaca bahwa pola pikir, menurut Dweck, adalah persepsi diri atau "teori diri" yang dipegang orang tentang diri mereka sendiri.Â
Percaya bahwa Anda "cerdas" atau "tidak cerdas" adalah contoh sederhana dari pola pikir. Orang mungkin juga memiliki pola pikir yang terkait dengan kehidupan pribadi atau profesional mereka---"Saya seorang guru yang baik" atau "Saya orang tua yang buruk," misalnya.Â
Orang dapat menyadari atau tidak menyadari pola pikir mereka, menurut Dweck, tetapi mereka dapat memiliki efek mendalam pada prestasi belajar, perolehan keterampilan, hubungan pribadi, kesuksesan profesional, dan banyak dimensi kehidupan lainnya.
Lingkup kajian pendidikan Dweck berpusat pada perbedaan antara pola pikir yang fixed (tetap) dan growth (berkembang). Menurut Dweck, "Dalam pola pikir tetap, orang percaya bahwa kualitas dasar mereka, seperti kecerdasan atau bakat mereka, hanyalah sifat yang tetap. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk mendokumentasikan kecerdasan atau bakat mereka alih-alih mengembangkannya. Mereka juga percaya bahwa bakat saja yang menciptakan kesuksesan---tanpa usaha."Â
Penelitian Dweck menunjukkan bahwa siswa yang telah mengadopsi pola pikir tetap---keyakinan bahwa mereka "pintar" atau "bodoh" dan tidak ada cara untuk mengubahnya, misalnya---mungkin belajar lebih sedikit daripada yang mereka bisa atau belajar lebih lambat, sementara juga menghindar dari tantangan (karena kinerja yang buruk mungkin menegaskan bahwa mereka tidak dapat belajar, jika mereka percaya bahwa mereka "bodoh", atau menunjukkan bahwa mereka kurang cerdas daripada yang mereka pikirkan, jika mereka percaya bahwa mereka "pintar").Â
Temuan Dweck juga menunjukkan bahwa ketika siswa dengan pola pikir tetap gagal dalam sesuatu, seperti yang pasti akan mereka lakukan, mereka cenderung mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak bisa atau tidak akan bisa melakukannya ("Saya tidak bisa belajar Aljabar"), atau mereka membuat alasan untuk merasionalisasi kegagalan ("Saya akan lulus ujian jika saya memiliki lebih banyak waktu untuk belajar").