Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Obituari di Hari Idulfitri

2 Mei 2022   11:25 Diperbarui: 12 April 2023   06:11 2085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: ANTARA/Moch Asim via KOMPAS.com

Sebuah panggilan masuk menyalakan layar telepon genggam yang selalu dipasangkan atasnya moda senyap, tanpa getar.

"Ada yang meninggal di Urug, Kawalu. Mohon dibantu eksisi korneanya, ya Pak. Almarhumah ada calon donor mata," begitu pinta sang penelepon.

Seperti biasa, saya minta anak sulung saja, Sabeela, untuk menyiapkan segala keperluan eksisi kornea. Adalah istri saya yang biasa bertugas sebagai petugas eksisi. Sampai panggilan permohonan dari pihak keluarga tadi masuk, istri saya telah melakukan 89 kali eksisi kornea. Lebih dari dua dua kali di antaranya diasisteni oleh si sulung.

Semua sudah siap. Segala perlengkapan dan peralatan sudah dikemas dalam kit khusus.

Beberapa jam sebelum panggilan permohonan eksisi saya terima. Kakak ketiga saya menghubungi dan meminta saya untuk segera ke rumah sakit karena kakak saya yang keempat kritis di rumah sakit. Saya sendiri sudah beberapa kali menjenguknya ke rumah sakit. "Inong ---panggilan untuk istri saya--- akan ke sana untuk melihat kondisinya," jawab saya.

Kit untuk eksisi kami bawa ke rumah sakit. Tepat saat di gerbang masuk ke rumah sakit, si sulung mengabari ibunya kalau kami sudah tiba di gerbang rumah sakit. Tapi jawaban di ujung telpon sana tidak seperti yang kami harapkan. "Wak Mina meninggal. Cepat ke sini!"

Hati yang serasa kosong sejak Ramadan akan segera berlalu, semakin kosong demi mendengar kabar kepergian kakak nomor empat tersebut.

Beberapa jam sebelumnya, saya sempat memposting tulisan dengan judul Farewell, My Dear Ramadan. Sebuah catatan pinggir Ramadan yang ke-29 sejak awal Bulan Suci ini. Dengan meninggalnya kakak siang itu, judul tulisan tadi seolah berubah menjadi Farewell, My Dear Sister. Siang yang tadinya begitu terik seakan meredup. Hiruk-pikuk terdengar memelan. Telinga ini menginginkan pemiliknya mendengarkan kata-kata dalam hati dan benaknya.

https://news.detik.com
https://news.detik.com

Saat tiba di ruangan, padangan pun memutih oleh genangan air mata. Saya membuka kain penutup wajah almarhumah. Seraut senyum tergambar di wajah yang tak lagi berhayat. Sang pemilik wajah itu telah kembali kepada Khalik-nya. Ia tidak perlu saya tangisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun