Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

The Last Friday

29 April 2022   19:58 Diperbarui: 29 April 2022   20:45 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.inews.id

Idulfitri dan Iduladha sebagai hara raya dalam Islam sudah lumrah kita ketahui. Namun, berkenaan dengan Jum'at sebagai hari raya nampaknya masih banyak belum mengetahuinya. Dari dua hadits yang dikutip sebelumnya kita bisa menarik simpulan bahwa selain Jum'at merupakan hari raya, lebih dari pada itu, ia adalah hari raya yang teragung. Hari Jum'at di beberapa negara disebut juga Idulmukminin.

Idulfitri di Pakistan (India dan sekitarnya) biasa disebut Chotti 'Id ('Id kecil). Barangkali hal ini agak mengejutkan bagi sebagian kita. Betapa tidak, kita faktanya melihat betapa meriahnya hari raya Idulfitri dibandingkan dengan kedua hari raya lainnya. Sulit bagi kalangan awam untuk menerima bahwa hari Jum'at atau Idulmukminin sebenarnya adalah urutan pertama dalam hari-hari raya Islam. Posisi kedua adalah Iduladha. Idulfitri menempati posisi yang terakhir dari tiga Hari Raya Agung dalam Islam. Rupanya untuk alasan ini di kawasan benua alit, Idulfitri disebut sebagai Chotti 'Iid atau 'Id kecil.

Pada pertengahan Ramadan ini, dalam sebuah daras Subuh, Mln. Teguh Nasir Ahmad---pembina kerohanian di sekolah tempat saya mengajar---mengulas hakikat puasa dan bulan Ramadan. Ramadan adalah bulan latihan (riyadhah) untuk menempa diri selama satu bulan penuh. Ramadan menurutnya merupakan bulan tirakat yang meskipun dilaksanakan secara bersamaan namun hakikatnya bersifat individual. Kita dididik untuk menarik diri dari keramaian dunia ke tempat pengasingan masing-masing dalam bingkai shaum. Puncaknya dalam bentuk itikaf di mana beberapa hal yang halal pada saat malam-malam Ramadan menjadi terlarang. Mihrab untuk itikaf di masjid-masjid serupa gua-gua tempat uzlahnya para mu'takifin.

Karena shaum adalah ibadah yang sifatnya pribadi, maka ganjarannya pun bersifat pribadi berupa mukasyafah atau penyingkapan tabir-tabir rohaniah sebagaimana diisyaratkan dalam redaksi hadits Qudsi, Ana (Allah) ajzi bihi (Aku Sendiri yang akan mengganjarnya). Untuk menghindarkan pelaku puasa 'kebablasan' dalam tirakatnya, maka Allah menetapkan zakat Fitrah untuk menyadarkannya bahwa mereka masih hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka harus berbagi hasil tirakatnya. Nabi Muhammad saw pun 'dipaksa' oleh Allah SWT untuk keluar dari gua penyendiriannya melalui surah-surah awal, al-Muzzammil dan al-Muddatstsir.

Idulftri hakikatnya adalah kembalinya kita kepada fitrah kita yang hidup di tengah-tengah manusia, berbagi dan saling memberi manfaat. Ramadan adalah bulan mengumpulkan perbekalan untuk hidup di 11 bulan berikutnya. Untuk itu ia menempati tingkatan ketiga dalam urutan 'id (hari raya).   

Sementara itu, Iduladha menempati posisi kedua. Satu tingkat di atas Idulfitri. Selepas kita tirakat selama Ramadan, lalu kita dilatih untuk menempuh kesulitan-kesulitan, tiga bulan kemudian kita dihadapkan pada batu ujian penyembelihan diri kita. Bila Fitrah hanya semacam tamparan kecil untuk menyadarkan kita dari keterlenaan tirakat kita, maka pemotongan hewan kurban adalah simbolisasi dari penyembelihan ego diri kita untuk kemaslahatan sesama. Daging hewan kurban yang dibagi-bagikan merupakan gambaran dari pelepasan ego untuk menyimpan karunia-karunia hasil tirakat kita selama Ramadan sebelumnya dan digantikan dengan kesiapan untuk berbagi dengan sesama. Kita dituntut untuk mengorbankan hak-hak kita demi terpenuhinya hak hamba-hamba Allah lainya. Untuk alasan ini Iduladha menempati kedudukan lebih tinggi di atas Idulfitri.

Lalu bagaimana dengan Idulmukminin atau hari Jum'at?

Jum'at adalah 'Id yang teragung. Setelah seorang mukmin menjalani tirakat dalam Ramadan, lalu menyembelih nafsu dalam dirinya berupa simbol hewan yang ia kurbankan, maka melalui Idulmukmin ia menyatukan dirinya dalam denyut kehidupan dengan sesama mukmin lainnya. Penyatuan ini disimbolkan dalam kata Jum'ah (penggabungan). Ia menafikan segala identitasnya, segala ciri yang membedakan satu dengan dengan lainnya, lalu larut dalam kesetaraan yang bermartabat. Penyatuan dalam semangat jamaah inilah yang menggambarkan kesatuan manusia sebagai mikrokosmos. Jum'at seolah merayakan tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Inilah yang menjadikannya 'Id teragung dari antara 'Id yang agung.

Jum'atul Wida      

Jum'at ini, tanggal 29 April 2022---yang bertepatan dengan hari ke-27 Ramadan 1443 H---merupakan Jum'at terakhir dalam Ramadan kita tahun ini.  Sebuah Jum'at yang istimewa tentunya---namun tidak mengurangi keistimewaan Jum'at-Jum'at lainnya.

Jum'ah mubarak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun