Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Independen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan Bulan Maret dan Hangatnya Sukun Rebus

9 Maret 2024   18:10 Diperbarui: 9 Maret 2024   18:11 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukun rebus hangat (Dokpri)

Menurut informasi prakiraan cuaca BMKG, hingga sepekan ke depan sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi hujan deras, meski sudah memasuki Bulan Maret, dimana umumnya di Bulan Maret intensitas hujan sudah mulai menurun.

Suhu di smartwatch sore hari ini terpantau 26 derajat celsius dengan presipitasi mencapai 70 persen, cukup terasa dingin dan sejuk untuk wilayah dengan ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Sesekali kilatan halilintar menyambar kencang.

Hujan Bulan Maret, seringkali menjadi bahan pembicaraan para petani yang resah tanaman padinya banyak yang rebah menjelang potong panen. Pastinya hal ini menurunkan harga gabah. 

Apalagi saat ini issue harga beras yang cenderung tinggi, menjadi motivasi petani padi untuk segera memanen padinya.

Dingin-dingin gini, enaknya memang menyantap yang hangat-hangat, contohnya sukun rebus, hasil panen dari kebun sendiri. 

Sejenak menenangkan diri dan menghibur mbah kakung setelah padinya ditawar basah Rp. 6.500 per kg, padahal dimusim yang sama tahun lalu harga lebih tinggi dari saat ini, sambil sesekali heran, harga gabah turun, tetapi harga beras masih tinggi, apa ada yang salah sama dunia perberasan?. Biarlah pemangku kebijakan yang memikirkannya.

3 potong sukun rebus, terasa kenyal penuh serat, rasanya sedikit asin karena sebelum direbus sudah direndam air garam. Cukup menghangatkan perut apalagi ditemani secangkir teh tawar hangat khas teh dataran tinggi Lumajang.

Mau nambah potongan ke-empat, namun perut sudah terasa sesak kenyang. Sukun rebus hangat dan hujan Bulan Maret memang perpaduan yang tepat sebagai teman ngobrol antara cucu dan mbah kakung yang sudah sekian lama tak bersua di rumah tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun