Langit di ufuk timur mulai menampakkan ronanya dari balik tubuh Sumbing. Terukur 19 derajat celsius temperatur suhu pagi ini yang terpantau dari laporan cuaca di ponsel. Secangkir kopi hitam nan panas menjadi kawan duduk manis di Sabtu pagi.Â
Gunung Sindoro Sumbing yang berdiri gagah berhadap-hadapan seolah tak ingin ketinggalan dengan momen ini. Keramahan penduduk lokal semakin menambah kenikmatan.Â
Menengok kanan kiri rumah sepanjang penglihatan mata terlihat hamparan perkebunan kopi. Rasa ingin mengertipun muncul, laptop kembali dibuka mencoba mengenalinya.Â
Kopi tak terbantahkan  sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Komoditi kopi-pun kini menjadi andalan perekonomian Indonesia, terlihat produksi kopi Indonesia pada tahun 2019 menyumbang 7.6  % atau setara dengan 760.963 ton dari produksi dunia yang  sebesar 10.035.576 Ton berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO).Â
98.6 % produksi kopi Indonesia menurut status pengusahaan tahun 2019 Â dilansir dari data Badan Pusat Statistika adalah perkebunan rakyat. Demikian data yang didapatkan dari mesin pencarian masa kini.
Indonesia dikenal sebagai surganya kopi dunia. Aroma dan kenikmatan yang khas  menjadi bahan buruan yang banyak dicari penikmat kopi.Â
Banyak daerah-daerah di Indonesia yang populer menghasilkan kopi terbaik seperti kopi arabika gayo aceh, kopi toraja, kopi arabika Ijen dan kopi arabika sindoro sumbing.
Kopi sindoro sumbing banyak dibudidayakan di daerah lereng Gunung Sindoro Sumbing meliputi Kabupaten Temanggung, Magelang dan Wonosobo Jawa Tengah.Â
Data BPS Temanggung  luas perkebunan kopi Sindoro Sumbing  578 Hektare dengan Produksi 555 Ton pada tahun  2015. Potensi yang besar untuk mengembangkan dan semakin mempopulerkan kopi sindoro sumbing.Â
Kopi sindoro sumbing yang banyak dibudidayakan adalah varietas arabika, sesuai dengan ketinggian wilayahnya kisaran 1000 sampai dengan 1800 Meter diatas Permukaan Laut.