Mohon tunggu...
Dodik Setiyadi
Dodik Setiyadi Mohon Tunggu... -

Seorang manusia biasa yang ingin sukses dunia akhirat. Memiliki minat terhadap penerjemahan dan dunia tulis menulis. Silahkan berkunjung ke blog pribadi penulis: dodiksetiyadi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Biarkan Generasi Masa Depan Menjadi Korban Ujian Nasional

15 April 2013   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:09 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian Nasional menentukan kelulusan siswa setelah mereka belajar sekian tahun di sekolah tertentu (SD, SMP, SMA). Syarat kelulusan selalu lebih berat setiap tahun. Tentu saja, kondisi ini menjadi beban pikiran bagi peserta didik. Mereka harus belajar ekstra keras dan menghafal pelajaran yang mungkin ditanyakan dalam ujian nanti. Selain itu, bimbingan belajar juga tumbuh subur menjelang Ujian Nasional. Bisnis ini menawarkan janji kelulusan dengan nilai yang cukup memuaskan. Dengan kata lain, siswa harus menempuh berbagai cara untuk lulus ujian karena ujian ini menentukan nasib mereka di masa depan. Tentunya, lulus ujian dengan cara mistis tidak disarankan. Yang menjadi masalah adalah dampak ujian tersebut terhadap pola pikir siswa. Benarkah nasib mereka hanya ditentukan oleh lembaran kertas ujian? Apakah orang yang lulus ujian sudah pasti sukses di masa depan? Jawabannya sudah pasti “TIDAK”.

Ujian Nasional adalah kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menentukan kelulusan siswa. Namun, ujian bukanlah sekedar penentu kelulusan saja. Sistem ini juga membawa berbagai dampak negatif bagi peserta didik. Ujian Nasional mengubah orientasi belajar siswa. Untuk apa kita pergi ke sekolah? Kita biasanya menghabiskan waktu 9-12 tahun di bangku sekolah untuk menuntut ilmu. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa menjadi manusia seutuhnya. Tetapi, ilmu yang kita dapatkan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau ilmu itu menjadi tidak berguna. Itulah yang menjadi motivasi dasar bagi kita untuk pergi ke sekolah. Namun, sistem pendidikan di Indonesia terlalu beriorentasi kepada kurikulum dan memanipulasi tujuan belajar kita. Pengajar mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Ujian Nasional juga menjadi bagian dari kurikulum. Ujian menuntut siswa untuk mendapatkan nilai bagus dan memenuhi standar kelulusan. Nilai yang ditulis di atas lembaran kertas menjadi penentu kesuksesan mereka. Akibatnya, siswa termotivasi belajar hanya untuk mendapatkan nilai bagus. Mereka bisa saja menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya dengan mencontek, membeli kunci jawaban, atau kecurangan lainnya. Bahkan, guru pun juga tidak segan-segan memberikan kunci jawaban, memberi kesempatan untuk mencontek, atau membujuk murid yang pandai untuk membantu temannya saat ujian. Jika ada siswa yang tidak lulus, nama sekolah bisa tercoreng. Ya, itulah sistem pendidikan di Indonesia. Masih banyak yang perlu dibenahi.

Ujian Nasional memotivasi murid untuk menghafalkan informasi sebanyak mungkin. Informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk menjawab soal ujian. Akibatnya, siswa belajar hanya untuk mengingat saja. Setelah itu, mereka dengan mudahnya melupakan materi yang telah mereka hafalkan. Belajar tidaklah hanya sekedar mengingat. Proses belajar menuntut hal yang lebih dari sekedar mengingat. Murid harus belajar untuk mengetahui, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu yang tidak diterapkan hanya akan menjadi omong kosong. Proses belajar seharusnya dilakukan seumur hidup. Pembelajaran tidak hanya dibutuhkan untuk menjawab soal ujian atau mendapatkan nilai bagus. Jika seseorang memutuskan untuk berhenti belajar, kehidupannya akan menjadi monoton dan statis. Manusia masih harus belajar meskipun mereka tidak menikmati pendidikan di bangku sekolah lagi.

Pendidikan tidak seharusnya beriorentasi kepada kurikulum. Peserta didik seharusnya menjadi tujuan utama dari sistem pendidikan tersebut. Pendidikan diberikan untuk memanusiakan siswa, bukannya memenuhi tuntutan kurikulum. Semoga sistem pendidikan di negara ini bisa menjadi lebih baik dan lebih mementingkan peserta didik daripada kurikulumnya.

Artikel ini sebelumnya pernah dipublikasikan di:

http://dodiksetiyadi.blogspot.com/2012/04/jangan-biarkan-generasi-masa-depan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun