Kenapa orang betah nongkrong berjam-jam di kedai-kedai kopi, di saung-saung RT , di pos jaga, di bawah pohon, di bawah sinar rembulan. Itu semua karena ada kata yang saling dimengerti. Â Bertukar kata, berganti kata.
Sebuah kata dapat membuat orang tersenyum bahkan terawa terpingkal-pingkal. Sebuah kata dapat membuat orang termenung, cemberut, menangis bahkan marah membabi-buta.
Kata memang unik. Tidak perlu dimengerti oleh semua orang. Dikalangan teman sendiri atau komunitas, sebuah kata mempunyai arti khusus yang hanya dimengerti kelompok tersebut. Jika satu orang dikalangan kita menyebut sebuah kata, kita terpingkal-pingkal sampai keluar air mata dan sakit perut. Itu artinya begitu mendalam arti kata itu.Tapi bagi kelompok lain, kata itu sama sekali tidak ada lucu-lucunya,  bisa jadi malah  basi.
Seorang teman saya, yang kental dialek Batak itu, dulunya tak satupun kata-kata dia bisa saya mengerti. Tapi sekarang, ternyata produksi kata-kata dia adalah hiburan tersendiri. Adalah Obat hidup. Tak pernah saya bahagia mendengar kata-kata seorang pejabat. Tak pernah hati saya tergerak mendengar kata-kata ustadz sekalipun. Semua karena mereka salah memilih kata.
Maka, berkatalah yang berguna untuk orang lain. Berkatalah untuk memotivasi orang lain. Karena kata memang sejatinya untuk orang lain. (Sejujurnya saya juga bertahan hidup hanya dengan menjual kata-kata). Bagi saya kata adalah komoditi kata adalah kapital, karena memang saya hanya punya kata.
Berkatalah yang nyambung jangan JAKA SEMBUNG.
Pamulang 11 Jan 2011 [telat ya??]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H