Kembali di pangkuan malam, bersama renungan para kaum urban. Ku dengar disetiap sudut rintihan para marginal yang tertidas, mengalun sendu diantara gelak tawa kekuasaan yang rakus. Mereka terkapar tak berdaya, berperang melawan kebohongan dan kepalsuan bersama lapar. Merekalah kaum marginal selalu menahan air mata agar terlihat tegar, namun terlalu sulit mendustakan perasaan. Masih dipangkuan malam, hiruk pikuk para marginal silih berganti berjalan bersama detik detik waktu menuju suatu harapan yang mustahil tuk didapatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H