Mohon tunggu...
Dody K
Dody K Mohon Tunggu... -

Hidup dijalani dengan asik aja

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sepenggal Cerita Saya Memaknai Arti Perbedaan

23 Desember 2014   00:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bermula ketika suatu hal yg menurut saya selalu menjadi perdebatan, setiap tahun hal ini selalu terulang, ada yg melarang ada juga tidak melarang. Saya akan membahas yang tidak melarang saja karena saya melakukannya, karena saya menyakini hal ini tidak menggangu akidah saya.

Saya sedari kecil tinggal di suatu pekampungan dimana dibelakang kampung yg kami tinggali juga tinggal komunitas tionghoa, saya senang menggunakan kata tionghoa karena saya tau mereka adalah orang-orang yang lahir dan besar disini, di Indonesia. Di kampung tionghoa ini agama yg mereka anut yaitu budha, kristen, dan konghucu. Saya sedari kecil merasakan sendiri kehidupan bermasyarakat kami yang harmonis, dimana masyarakatnya menghargai sekali makna arti perbedaan. Perbedaan tidak membuat kami berselisih faham, bahkan perbedaan merekatkan kami. Saya teringat sekali ketika kecil dan sampai saat ini masih dilakukan orang tua saya dan tertular dengan saya juga yaitu salah satu contoh ketika bulan Ramadhan, pagi subuh Idul fitri, ibu selalu menyuruh saya ataupun adik saya untuk menghantarkan makanan khas lebaran, seperti ketupan,opor, daging semur,sambal ati kacang ke tetangga-tetangga kami tanpa terkecuali tetangga tionghoa kami. Ada rasa senang ketika kami mengetuk pintu tetangga tionghoa, yang membukakan pintu rumah adalah orang tua dan anak-anaknya yang notabene teman kami bermain. Sebelumnya mereka tetangga tionghoa pun menjelang akhir ramadhan juga menghantarkan bingkisan-bingkisan yg salah satunya minuman sarsaparila yang melegenda tersebut ke tetangga-tetangga muslim dikampung kami, tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan, cuma minuman sarsaparilanya sdh diganti yg lebih keren hehehehe. Dan banyak sekali contoh yang lain yang apabila diceritakan tak habis-habisnya.

Sedari kecil saya dan adik-adik sudah diajarkan kedua orang tua untuk saling menghargai antar pemeluk agama, pesan ayah saya yg sampai saat ini terhujam dihati dan selalu saya pegang yaitu fahami Surah Al Kafirun, kalau kalian sudah memahami arti sesungguhnya Surah dalam Alqur’an tersebut maka konsep Habluminallahdan Habluminannas akan mengalir dengan sendirinya, itu pesan ayah saya. Konsep Habluminallah dan Habluminannas sampai sekarang selalu mengiringi kehidupan saya hingga sekarang, dimana pun saya tinggal, saya merasa nyaman. Suatu cerita ketika saya dan keluarga hijrah lagi ke Palembang, yang mana dulu mencari rizki di Jakarta. Selagi keluarga masih menumpang di rmh org tua, saya mencari-cari rumah kontrakan yang terjangkau. Proses mencari rumah kontrakan itu sangat lah sulit dan melelahkan, yaitu rumah yang saya diami harus didekat masjid. Singkat cerita saya menemukan sebuah rumah kecil disebuah komplek perumahan, rumah tersebut cuma 10 meter dari musholla, betapa senangnya saya dan istri. Security kompleks mengantarkan saya ke pemilik rumah, pemilik rumah adalah orang tionghoa dan seorang Pendeta. Pendeta tersebut sangat ramah, saya mengucapkan salam dgn ucapan islami dijawab dgn fasih oleh pendeta tersebut. Sang pendeta menjelaskan bahwa rumah yg dikontrakkan itu dulunya adalah tempat aktivitas ibadah mingguan, saya dan istri tidak mempermasalahkan hal tersebut asal biaya sewa nya sesuai. Pendeta tersebut agak terkejut mendengar nya, mengingat dimana ia bercerita banyak sudah yang melihat-lihat rumah tersebut tapi batal semua ketika dijelaskan sejarah rumah tersebut. Karena kami tidak mempermasalahkan hal tersebut, sang pendeta memberikan harga sewa yang murah kepada kami..Alhamddulilah.

Didalam komplek tersebut 50 % muslim, 50 % non muslim, tapi kedamaian terasa di komplek ini, sesuai dengan nama komplek nya yaitu kedamaian permai II. Rumah yg kami tinggali ini dihapit rumah sebelah kanan tionghoa kristen, budha dan rumah di sebelah kiri konghucu, sebelah depan kristen. akivitas pagi kami sebagai tetangga sangat indah, azan subuh berkumandang saya dan istri sholat dimusholla, sehabis subuh kami melantunkan ayat-ayat suci alqur’an dirumah, setelah selesai membaca alqur’an, terdengar sang pendeta menyanyikan lagu pujian-pujian didalam rumahnya, jam 6.30 sewaktu kami akan berangkat kerja, tetangga sebelah melakukan ibadah konghucu  didepan halaman rumahnya..sambil becanda kepada saya si tetangga berujar “sembahyang subuhnya kesiaangan” hihihihi. Itulah aktivitas keseharian kami, saling menghargai, menghormati sehingga timbul rasa saling peduli diantara kami. Acara-acara keagamaan seperti idul fitri,natal, capgomeh sangat terasa di kompek itu, Kebiasaan yang waktu kecil dikampung, saya tularkan di tetangga kami yg baik hati tersebut hehehe.

Kurang lebih 3 tahun kami tinggal dikomplek itu, kami meninggalkan komplek perumahan tersebut dikarenakan kami membeli rumah yg lumayan besar di daerah lain, terasa berat kami meninggalkan komplek tersebut, bukan kami tak betah, tapi istri saya ingin mempunyai rumah yang memiliki halaman rumah  yang bisa dibuat menjadi taman, sang Pendeta pernah menawarkan rumah yang kami huni tersebut utk kami beli, tapi karena halamannya kurang pas untuk dibuat taman, jadi kami tidak jadi untuk membelinya.

Begitulah konsep Habluminallah dan Habluminannas yg saya terapkan dikehidupan kami bertetangga maupun bermasyarakat. Kehidupan yang dilandasi saling menghargai, menghormati antar pemeluk agama yang saya alami sangat berkesan dan tidak akan pernah hilang. Pesan guru ngaji saya sewaktu kecil sangat terpatri dihati  “bergurulah dengan banyak guru, kau bukan hanya akan mendapatkan banyak ilmu, tapi juga mendapatkan kearifan dan kebijaksanaan, tapi apabila kau berguru dengan satu guru selain ilmu yg kau dapatkan, kau juga akan dapatkan kefanatikan”

Selamat Natal untuk yang merayakan, semoga keberkahan selalu menaungi teman-teman dan keluarga, semoga kedamaian selalu ada di Indonesia.

Palembang, 22 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun