Bisma telah  membuat keputusan besar dalam hidupnya, tidak hanya melepas takhta dia juga telah melepas cintanya walaupun cinta itu belum hadir di dalam kehidupannya tanpa menyadari bahwa terkadang cinta bisa tiba-tiba datang ke dalam hidup manusia dalam bentuk yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Pangeran Citragada Menaiki Takhta Hastinapura
Waktu terus berjalan, dari pernikahan Prabu Santanu dengan Dewi Satyawati lahir dua anak laki-laki bernama Citragada dan Wicitrawirya, dua orang yang berbeda kepribadiannya.Â
Bisma juga mendidik kedua adik tirinya ini terutama Citragada yang akan menjadi penerus takhta. Citragada lebih menonjol di bidang olah keprajuritan sedangkan Wicitrawirya lebih menonjol di bidang ilmu pengetahuan dan tata negara. Hingga tiba saat Prabu Santanu mangkat dan Citragada naik Takhta Hastinapura. Bisma telah menepati janjinya ketika berjanji untuk melepaskan takhtanya.
Ternyata Prabu Citragada sangat menyukai peperangan dan terobsesi untuk meluaskan wilayah Kerajaannya. Kerajaan Hastinapura yang sebelumnya lebih bersifat pengayom berubah menjadi agresor.Â
Sifat agresor Prabu Citragada dianggap para Dewata telah mengganggu keseimbangan dunia sehingga para Dewa mengirim utusannya untuk menghukum Citragada.Â
Citragada akhirnya gugur oleh utusan Dewa ini dalam sebuah perang tanding yang hebat. Ketika meninggalkan dunia ini Prabu Citragada belum menikah dan belum memiliki keturunan.
Secara tradisi maka yang berhak menduduki takhta adalah adiknya Wicitrawirya, Â namun karena masih belum cukup umur maka untuk sementara Bisma bertindak sebagai wali negara sampai Wicitrawirya siap dinobatkan sebagai Raja.
Bisma dan sayembara tiga putri raja
Akhirnya setelah cukup umur Wicitrawirya dinobatkan menjadi Raja Hastinapura. Dalam masa kepemimpinannya Raja baru ini memperbaiki hubungan Hastinapura dengan beberapa negara tetangga yang sempat rusak ketika Prabu Citragada berkuasa dan melakukan ekspansi kekuasaannya.
Suatu hari Ibu Suri Satyawati meminta tolong Bisma untuk mencarikan permaisuri untuk Wicitrawirya dan Bisma menyanggupi. Kebetulan Raja Kasi Prabu Kasindra sedang menyelenggarakan sayembara, siapapun yang bisa mengalahkan jago Kerajaan Kasi berhak memboyong tiga putri Kerajaan Kasi yang terkenal cantik jelita: Dewi Amba, Dewi Ambika dan Dewi Ambalika.Â
Bisma mengikuti sayembara tersebut dan menjelaskan kepada semua Kesatria yang ada di sana bahwa dia mewakili Raja Hastinapura karena Bisma banyak mendengar cemooh para hadirin di sana yang mengetahui sumpah tidak menikah Bisma. Â
Tidak ada satupun Raja dan Kesatria yang mampu memenangkan adu tanding dengan jago Kerajaan Kasindra sampai Bisma maju dan akhirnya  berhasil mengalahkan jago Kerajaan Kasi tersebut dan memenangkan sayembara.Â