Mohon tunggu...
Dodi Ariyanto
Dodi Ariyanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Mendengar, Berbicara, Membaca, dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Susahnya Sekolah di Masa Pandemi

19 Januari 2021   11:01 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V menyatakan bahwa ‘sekolah’ merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada). Dari pengertian tersebut, kata ‘sekolah’ termasuk dalam ‘kata benda’ atau nomina, bukan ‘kata kerja’ yang selama ini banyak mengartikan ‘sekolah’ sebagai suatu proses atau usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Sekolah selama ini telah terkonsep sebagai proses pembelajaran tatap muka secara langsung, artinya proses transfer ilmu antara pendidik dan peserta didik dilaksanakan secara langsung, yaitu bertemu langsung, bertatap muka secara langsung, atau dapat diartikan pembelajaran secara face to face. Hakikat yang demikian ini seketika menjadi ‘langka’ di saat pandemi seperti ini karena merajalelanya Covid-19 di seluruh belahan Dunia, khususnya di Indonesia.

Sekolah yang selama ini menjadi tempat bertemunya pendidik dan peserta didik dalam satu waktu dan ruang akhirnya menjadi situasi yang istimewa. Tidak ada pihak yang menyangka jika proses pembelajaran diharuskan menjaga jarak, ketidakbolehan untuk bertatap muka secara langsung menjadikan pembelajaran menjadi sesuatu yang ‘aneh’. Keanehan ini karena memang pendidik selama ini tidak pernah mendapat pelatihan tentang mengajar tidak dengan tatap muka secara langsung.

Keanehan yang demikian ini, tidak hanya dirasakan oleh pendidik tingkat paling bawah, yaitu pendidik tingkat taman kanak-kanak (TK), namun juga hingga pendidik tingkat perguruan tinggi (PT). Akhirnya banyak pihak berbondong-bondong melaksanakan pembelajaran secara daring (dalam jaringan). Namun kenyataannya, di lapangan, proses pembelajaran secara daring tidak pernah mampu menggantikan pembelajaran tatap muka secara langsung.

Fenomena inilah yang menjadi pembiasaan baru bagi pendidik maupun peserta didik yang sejatinya tidak pernah kita bayangkan. Pembelajaran daring bisa dikatakan jauh dari kesempurnaan. Bisa dikatakan pembelajaran secara daring tidak akan pernah bisa menggantikan pembelajaran tatap muka secara langsung. Penyampaian ilmu dan pengetahuan yang tentu saja tidak dapat tersampaiakan secara maksimal, interaksi antara pendidik dan peserta didik yang tidak bisa se-intens pembelajaran bertatap muka secara langsung, dan bahkan kebutuhan akan fasilitas yang diperlukan dalam pembelajar secara daring menjadi penghambat dalam proses pembelajaran secara daring.

Tentu kita semua berharap pandemi ini bisa segera berlalu, dan pembelajaran bertatap muka secara langsung di sekolah atau di kampus dapat segera terlaksana. Semua pihak tentu merasa dirugikan, mulai Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sama-sama dirugikan karena mutu dari pembelajaran secara daring tidak akan bisa mendekati atau bahkan menyamai mutu pembelajaran bertatap muka secara langsung.

Pendidik tentunya juga dirugikan, apalagi peserta didik. Peserta didik yang menjadi sebjek dalam proses pembelajaran merupakan pihak yang paling merasa dirugikan. Hak-hak yang harusnya mereka dapatkan, yaitu ilmu pengetahuan yang harusnya mereka dapatkan dengan optimal tidak dapat mereka peroleh, keterampilan dalam berbagai pelajaran yang ada di sekolah tidak mereka dapatkan, dan lingkungan sosial di sekolah yang membentuk karakter pribadi yang baik tidak bisa mereka praktikkan.  Apalagi cap ‘generasi corona’ telah tergores pada peserta didik di era saat ini, menjadi persoalan lain yang harus kita pikirkan dan carikan solusinya bersama-sama pascapandemi ini berakhir. Meski demikian, musibah ini tidak perlu kita ratapi, karena pandemi ini tergolong musibah dari Tuhan yang tidak pernah kita sangka-sangka. Terakhir, tentu era yang susah karena pandemi ini harus kita lalui dan kita jalani dengan baik, dengan berpikir positif, dengan semangat untuk terus berkarya, dan yang pasti kita harus selalu menjaga kesehatan, yaitu dengan menaati anjuran dan aturan pemerintah agar pandemi ini segera berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun