Mohon tunggu...
Dodi Ilham
Dodi Ilham Mohon Tunggu... karyawan swasta -

1. General Secretary of Centre for National Security Studies (CNSS) Indonesia. 2. SekJend Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat (BPP-AR) Nasional. 3. CEO of Revolt Institute.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka Untuk Presiden RI, Bapak Ir. H. Joko Widodo

27 November 2014   04:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cq.: Menko Pembangunan Manusia & Kebudayaan,

Ibu Puan Maharani.

WHAT & WHY BADAN PEKERJA PELAKSANA AGENDA RAKYAT (BPP-AR)
IS GOING TO CHALLENGE INDONESIA?

What BPP-AR Challenges Indonesia?

BPP-AR bekerjasama dengan Revolt Institute dalam pembekalan kompetensi bahasa Inggris. BPP-AR bersama Revolt Institute siap menantang Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari buta bahasa Inggris (English illiteracy) dan mengubah kegagalan nasional dalam pembekalan bahasa Inggris kepada para siswa/mahasiswa/dosen/pejabat diseluruh Indonesia paling lambat 3 tahun, dengan formula: 222 jika negara mau turun tangan  menjalankan scenario BPP-AR dengan Metode Revolt-nya.

Why BPP-AR Challenges Indonesia?

Jika itu tercapai, implikasi besar pragmatisnya adalah: Indonesia bukan saja akan bebas bahasa Inggris yang akan berdampak luas dan merata dalam mengakses dan memanfaatkan informasi global bagi kepentingan kemajuan dan kesejahteraan bangsa tetapi juga akan menjadi exportir terbesar tenaga profesional di dunia. Percayalah, banyak alasan melalui pembahasa-Inggris-an bangsa Indonesia ini. Bukankah separti kata Alvin dan Heidi Toffler dalam bukunya, Revolutionary Wealth, menegaskan bahwa bangsa India pun bisa menyalip Tiongkok dalam 15 tahun kedepan, salah satu alasan dari tiga alasannya adalah the prevalence of English. Bayangkan juga, jika tetangga kita, Singapura, kualitas kompetensi bangsanya seperti bangsa Indonesia? Begitu juga Malaysia? Akankah mereka seperti sekarang?

Bagi BPP-AR yang bekerjasama dengan Revolt Institute, dengan Metode Revolt-nya, berbasis Formula 222 menantang Indonesia untuk BEBAS BAHASA INGGRIS HANYA DALAM 3 TAHUN. Syaratnya negara mau turun tangan atau sebuah Ormas besar mau turun tangan atau sebuah Partai Politik mau turun tangan atau seorang konglomerat mau turun tangan dan mendengarkan pikiran besar dan revolusioner dari Revolt Institute. Titik!

Disain Aksi Nyata ATC (Achievement Technology Center) dan Revolt Instituite, kedua-duanya berada di bawah Yayasan Masa Depan Pendidikan Indonesia,  dengan Metode Revolt dan metode-metode lainnya, adalah Gerakan Nasional (Gernas) Penguasaan Bahasa Inggris/PBI, untuk Menangkap Habis Peluang MEA dan Globalisasi, yang akan dilakukan oleh Revolt Institute (bekerjasama dengan BPP-AR) secara bersamaan atau serentak karena dengan Metode Revolt berarti juga bahwa Gerakan Perubahan Revolusioner Mind Set (Agenda Utama Revolusi Mental) dan Gerakan Entrepreneuring Rakyat Indonesia.

Jika Indonesia tidak mau menangkap Gerakan Revolusioner ini, berarti Revolusi Mental Jokowi adalah BOHONG BESAR. Tetapi  jika Indonesia besar demikian, adakah Indonesia kecil yang mau menangkap konsep gerakan gila ini: Provinsi atau Kabupaten Kota? Ditunggu segera! Jika tidak juga: Sebuah negeri lain dipastikan akan membelinya dengan suka ria. Titik!

Adakah Presiden RI yang visioner dan revolusioner?

Adakah Menko & Menteri – Menteri yang visioner dan revolusioner?

Adakah Gubernur sebuah Provinsi di negeri ini yang visioner dan revolusioner? Adakah seorang Bupati/Walikota di negeri ini yang visioner dan revolusioner? Adakah seorang pengusaha/tidak harus konglomerat yang visioner dan revolusioner di negeri ini?

Adakah seorang tokoh apa saja yang visioner dan revolusioner di negeri ini yang berani menjawab tantangan ini?

Jakarta, 26 November 2014.

Badan Pekerja Pelaksana Agenda Rakyat Nasional

Dodi Ilham.

Sekretaris Jendral

Pin BB: 51A1BA6C

Mobile: 0852 1596 9911

Email: dodi.il.ham98@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun