Mohon tunggu...
Dodi Hertanto
Dodi Hertanto Mohon Tunggu... -

Pengamat kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tahapan Klinis Penyakit

27 Februari 2010   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43 2342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam awal perkembangan suatu penyakit, agen atau agen-agen etiologi dapat membangkitkan sejumlah perubahan dalam proses biologis yang dapat dideteksi oleh analisis laboratorium walaupun tidak dikenali oleh si penderita bahwa sudah terjadi perubahan-perubahan. Pada tahap ini seringkali si penderita mengatakan tidak ada keluhan sama sekali. Dan bisa saja si penderita berkilah bahwa sudah terjadi kesalahan laboratorium. Dengan demikian, maka banyak penyakit mempunyai stadium subklinis, selama mana si penderita itu berfungsi normal walaupun proses penyakit itu sudah ditemukan. Biasanya kondisi subklinis ini tidak begitu menakutkan penderita sehingga cukup diatasi dengan istirahat yang banyak, mengatur pola makanan yang bergizi dan olahraga yang baik. Tidak sedikit mereka mengkonsumsi obat herbal agar penyakit tidak bermanifestasi nyata. Penting untuk diketahui, bahwa struktur dan fungsi dari banyak organ menyediakan suatu cadangan batas keamanan yang besar, sehingga gangguan fungsi hanya dapat menjadi jelas jika penyakit itu secara anatomis sudah menjadi lanjut.

Umpamanya, penyakit ginjal kronis dapat merusak satu ginjal sama sekali dan merusak sebagian ginjal yang lain, sebelum gejala apapun yang berkaitan dengan menurunnya fungsi ginjal dapat dirasakan. Sebaliknya, adalah penting untuk mengetahui bahwa beberapa penyakit tampaknya mulai sebagai gangguan fungsional sebenarnya mencapai horison klinis walaupun pada waktu itu tidak dapat dideteksi kelainan-kelainan anatomis. Pada tahap ini biasanya si penderita sudah mulai banyak keluhan sakit. Berbagai macam ekspresi si penderita mulai dari keluhan yang ringan sampai yang berat. Padahal pada fase ini penyakit belum menampakkan kelainan anatomis sehingga tidak sedikit banyak pasien menyatakan tidak puas sama dokter hanya karena hasil rontgen tidak ada kelainan atau USG yang masih normal. Keadaan sakit semacam itu akhirnya banyak masyarakat yang menganggap bahwa tindakan dokter itu bersifat trial and error hanya karena dokter tidak bisa memuaskan pasiennya, yaitu tidak bisa menemukan penyakitnya.

Bila proses-proses biologis tertentu terganggu, maka penderita mulai secara subyektif merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Perasaan subyektif ini disebut gejala-gejala penyakit. Per definisi, gejala-gejala adalah subjektif dan hanya dapat dilaporkan oleh penderita. Namun, jika manifestasi penyakit secara obyektif menyangkut penyimpangan yang dapat diidentifikasikan, maka ini disebut tanda-tanda penyakit. Mual, muntah, rasa tidak enak dan rasa sakit adalah gejala-gejala, sedangkan demam, kulit yang memerah dan suatu masa yang dapat diraba adalah tanda-tanda penyakit. Pada tahapan inilah si penderita terlalu mengharapkan kesembuhan yang sempurna dengan obat yang murah, tanpa dilakukan pemeriksaan penunjang dan kalau bisa dengan pelayanan yang maksimal dari sang dokter. Tidak jarang bahwa pada tahap ini semua penderita dan pihak keluarga mengharapkan agar dokter sudah tahu pula diagnosa pasti medisnya. Apa mungkin bahwa hanya dengan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit sudah bisa memastikan diagnosa medisnya ? Dan sudah tahu pula pengobatan definitifnya. Sungguh mustahil dilakukan bagi seorang dokter walaupun dengan jam terbang yang sangat tinggi dapat menebak diagnosa pasti medis tanpa bantuan diagnostic tools.

Suatu perubahan struktur yang dapat didemonstrasikan, yang ditimbulkan dalam perkembangan penyakit disebut sebagai lesi. Lesi dapat jelas secara makroskopi dan mikroskopi. Akibat suatu penyakit kadang-kadang disebut sequel. Umpamanya, sequel dari suatu proses peradangan dalam suatu jaringan biasa dapat merupakan suatu parut dalam jaringan itu. Sequel dariperadangan rematik yang akut dari jantung mungkin merupakan parut pada katup jantung yang berubah bentuknya. Suatu komplikasi penyakit adalah suatu proses baru atau proses terpisah yang dapat timbul sekunder karena beberapa perubahan yang dihasilkan oleh keadaan aslinya. Umpamanya, pneumonia bakteri dapat merupakan komplikasi infeksi virus saluran pernafasan. Untung, banyak penyakit dapat juga menjalani apa yang dinamakan resolusi dan si hospes dapat kembali kepada suatu keadaan normal samasekali, tanpa sequele atau komplikasi-komplikasi. Resolusi juga dapat terjadi secara spontan,yaitu, karena pertahanan tubuh, atau dapat merupakan suatu akibat dari terapi yang sukses.

Pandangan masyarakat pada tahap penyakit yang mengalami resolusi spontan ini juga sangat beragam, ada yang mengatakan terjadinya resolusi penyakitnya karena jasa dari pengobatan alternatif padahal perjalanan penyakitnya ada yang seperti itu sembuh secara alamiah. Tidak jarang juga masyarakat menyimpulkan bahwa resolusi sebagian seperti timbulnya sequele dihubungkan karena akibat tindakan malpraktek sang dokter, padahal si penderita sudah terlambat membawa penyakitnya ke dokter sehingga menimbulkan sequele.

Pemahaman komplikasi penyakit ini juga bisa memicu berbagai reaksi dari masyarakat terhadap sang dokter.Ada masyarakat yang mengatakan bahwa kulitnya mengelupas akibat dokter salah memberikan obat padahal itu sebenarnya adalah reaksi alergi pasien terhadap obat dan tidak semua dokter bisa menebak bakal terjadinya reaksi alergi obat pada setiap pasien yang diberikannya resep obat. Dan timbulnya kulit yang mengelupas itu bukan pula karena makan obat yang salah diresepkan dokter. Reaksi alergi obat juga tidak termasuk dari komplikasi penyakit akibat kesalahan diagnosa dari dokter yang tidak bertanggung jawab. Pun ditekankan disini bahwa timbulnya komplikasi penyakit itu sendiri tidak bisa dikaitkan dengan salah diagnosanya sang dokter. Sungguh naif sekali apabila masih ada masyarakat yang cerdas tidak bisa membedakan antara salah diagnosa dengan reaksi alergi obat dan timbulnya komplikasi penyakit yang akut ataupun menahun.

Akhirnya, adalah penting menekankan kembali bahwa penyakit adalah dinamis bukan statis. Manifestasi penyakit pada penderita tertentu dapat berubah setiap saat bila keseimbangan biologis bergeser dan bila mekanisme kompensasi bekerja. Pengaruh lingkungan yang terjadi pada penderita juga akan mempengaruhi penyakit. Karena itu, tiap penyakit mempunyai suatu batas manifestasi dan suatu spektrum perwujudan yang dapat berbeda pada penderita yang satu dengan penderita lainnya.

Pada tahap terakhir inilah diharapkan bahwa semua komponen masyarakat harus mengerti dengan dinamika perjalanan penyakit yang mulai timbul atau dalam proses sedang terjadi atau telah menimbulkan dampak dari penyakit tersebut.

Daftar pustaka ada pada penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun