” Dok, anak saya gak kena demam berdarah kan?” tanya Mira saat berkonsultasi dengan dokter anaknya sore itu. Anaknya sudah demam tinggi sejak kemarin malam dan Mira khawatir ini bukan demam biasa. Ibunya tadi malam sudah mewanti-wanti. “Buruan di bawa ke dokter, takut demam berdarah,” temannya pun menasehatkan.” Periksa saja trombositnya, jangan-jangan demam berdarah, sekarang lagi musim lho.” Mira bertambah panik, apalagi setelah melihat siaran televisi bahwa banyak korban meninggal karena demam berdarah.
Mira kurang puas ketika dokter menjelaskan bahwa anaknya baru mengalami demam selama satu hari, jadi belum bisa dipastikan apakah anaknya demam berdarah atau tidak. ”Dok, tidak apa-apa deh anak saya diperiksa darahnya, yang penting bisa ketahuan demam berdarah atau bukan.”
Episode ini pasti sering terdengar di balik bilik konsultasi. Benarkah demam tinggi mendadak berarti demam berdarah? Mengapa ada kasus yang begitu berat hingga pasien meninggal dunia, tetapi mengapa pula ada yang ringan saja? Apakah trombosit turun sudah jaminan bahwa anak terkena demam berdarah?Demam berdarah disebabkan virus dengue sehingga disebut sebagai demam berdarah dengue (DBD). Virus dengue terdiri dari empat jenis atau strain yaitu dengue tipe 1, 2, 3, dan 4. Virus ini dapat menginfeksi manusia lewat nyamuk Aedes Aegipty atau Aedes Albopictus. Nyamuk ini kakinya belang-belang putih-hitam dan mengigitnya justru di siang hari. Tidak semua orang yang terkena virus dengue akan mengalami demam dengan gejala berat, sebagian lagi hanya sakit ringan.
Mengenal lebih dalam demam berdarah pada anak-anak
Sudah banyak teori yang coba menjelaskan mengapa pada anak yang satu bisa mengalami demam berdarah yang berat sedangkan pada anak lain tidak. Salah satu teori mengatakan, bila kita terinfeksi virus dengue 2 kali dengan strain yang berbeda, penyakit yang muncul akan lebih parah. Teori yang lain menyebutkan si virus dengue punya “sifat ganas” yang berbeda-beda. Ini menjelaskan mengapa pada bayi yang baru terkena virus dengue satu kali saja langsung menjadi demam berdarah yang fatal.
Di Indonesia dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi, DBD sudah menjadi “langganan” setiap tahun. Angka kejadiannya paling tinggi pada musim penghujan yaitu sekitar bulan Februari, Maret, dan April. Di pedesaan, peningkatan kasus sudah mulai terjadi di bulan Desember, sedangkan untuk perkotaan, puncak terjadi pada bulan Mei-Juni.
Gejala
Bisa dimengerti mengapa Mira tidak puas mendengar jawaban dokter. Bila demam baru satu hari, demam berdarah memang sulit dibedakan dengan demam yang disebabkan penyakit lain seperti influenza, sakit tenggorokan, atau tipes karena gejalanya amat mirip.
WHO pada tahun 1997 telah membuat pedoman yang bisa membuat kita curiga adanya demam berdarah:
Demam mendadak tinggi 2-7 hari
Adanya gejala perdarahan, misalnya bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang meski kulit diregangkan, gusi berdarah, mimisan, dan tinja berdarah. Bintik-bintik merah di kulit bisa muncul sendiri atau dibuat muncul dengan uji bendung. Biasanya uji bendung dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah yang digembungkan di seputar lengan hingga pembuluh darah tertekan. Bila positif, akan muncul bintik-bintik merah.
Ada pembesaran hati.
Terjadi syok: denyut nadi lemah dan cepat, tekanan darah turun, anak gelisah, tangan dan kaki dingin.
Pemeriksaan laboratorium: trombosit turun dan terjadi kenaikan kekentalan darah. Ditandai dengan trombosit kurang dari 100.000/µl dan hematokrit meningkat 20% lebih tinggi dari normal.
Trombosit turun belum pasti demam berdarah
Pemeriksaan Trombosit dan hematokrit merupakan tes awal sederhana yang bisa membuat kita curiga adanya demam berdarah.Trombosit adalah sejenis sel darah yang diperlukan untuk pembekuan darah. Jika nilainya turun, maka tubuh menjadi mudah berdarah seperti mimisan, gusi berdarah, dan sebagainya. Jumlah trombosit yang normal adalah sekitar 150-200.000/ µl. Ingatlah bahwa trombosit yang turun bisa pula terjadi pada penyakit lain seperti campak, demam chikungunya, infeksi bakteri seperti tipes, dan lain-lain. Pada demam berdarah, trombosit baru turun setelah 2-4 hari. Bila demam baru satu hari sedangkan trombosit sudah turun, patut dicurigai apakah laboratoriumnya yang salah, orang tua salah menghitung hari demam, atau penyakit itu bukan DBD.
Hematokrit menunjukkan kadar sel darah merah dibandingkan jumlah cairan darah. Untuk anak Indonesia, nila Hematokrit yang normal adalah sekitar 37-43%. Pada DBD, hematokrit meningkat. Lha kitakan tidak tahu nilai hematokrit anak sebelum sakit? Untuk mudahnya, ambil saja patokan bahwa nilai hematokrit lebih dari 40% dianggap sebagai meningkat. Apalagi kalau lebih dari 43%. Mengapa hematokrit meningkat? Karena terjadi perembesan cairan ke luar dari pembuluh darah sehingga darah menjadi lebih kental. Hematokrit yang meningkat merupakan hal penting karena dapat membedakan DBD dengan infeksi virus yang lain.
Untuk lebih pastinya, demam berdarah memerlukan pemeriksaan yang lebih khusus seperti menemukan virus dengue, atau uji reaksi antibodi dan antigen.