Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Film

Nomadland: Harga Diri Seorang Gelandangan

26 April 2021   11:48 Diperbarui: 26 April 2021   12:07 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hollywood kembali membuktikan tema apapun dapat diproduksi menjadi tontonan menarik. Bahkan menceritakan gelandangan hilir mudik pun meraih Oscar, penghargaan bergengsi dunia film.Film garapan sutradara Amerika-Asia Chloe Zhao merebut tiga kategori mulai film terbaik, aktris utama terbaik dan  sutradara terbaik.

Amerika adalah Nomadland. Daratan tempat kaum pengembara. Pengembara di sini pleonasme untuk kaum tuna wisma. Bahasa populernya gelandangan.Di negara super power seperti  Amerika para homeless  alias gelandangan berjumlah 1,5 juta jiwa. Ini catatan 2014 lho. Pandemi Covid-19 yang merebak sejak tahun lalu dipastikan membuat jumlah gelandangan naik.

amazon.com
amazon.com
Film ini berdasarkan  buku dengan judul yang sama karya Jessica Bruder, seorang jurnalis.  Untuk menulis Nomadland ia membutuhkan waktu 3 tahun dengan menjelajah Amerika.Dikisahkan Fern, seorang perempuan usia enampuluhtahunan yang terpaksa bergelandang bersama mobil van kesayangannya menyusul kematian suami dan bangkrutnya pabrik tempat ia bekerja karena resesi nasional tahun 2008.

Fern bekerja di mana saja. Restoran, Amazon, taman bermain. Pokoknya semua tempat yang mau menerima lansia berusia 60 tahunan. Fern menolak dirinya Homeless. Ia hanya Houseless. Tak punya rumah. Sedangkan home ia miliki yaitu van putih yang juga sudah jompo.

Fern bukan tidak memiliki keluarga. Adiknya juga mengajak untuk ikut bersama. Namun ikut bersama adik dan suaminya yang tidak senang kepada dirinya adalah suatu pelecehan. Harga diri Fern adalah segalanya. Ketika van putihnya mogok dan harus masuk bengkel dengan biaya ribuan dolar Fern meminjam uang adiknya. Meminjam alih-alih meminta.

Menjadi gelandangan bermobil membuat Fern dapat berkumpul bersama para gelandangan lainnya. Mereka mengikat diri dalam kebersamaan:sama-sama pengembara. Bersama menari dan bernyanyi di suatu padang pasir beratap langit.

Film durasi satu jam 47 menit ini sebetulnya lambat penceritaannya. Namun gambar-gambar yang tampil sungguh menggugah. Akting Frances McDormand memukau dengan wajahnya yang berusaha terus tegar. Ketrampilan mengungkap emosi Fern memang pantas membuat sutradara Nomadland  Chloe Zhao meraih sutradara terbaik.

Yang membuat iri dari film ini adalah bagaimana sebuah negara sebesar Amerika dapat memperkerjakan lansia dengan mudah. Amerika sepertinya paham bahwa membatasi kesempatan orang bekerja adalah bagian dari rasisme. Karena seperti suku, usia tidak bisa dipilih. Sementara di banyak negara faktor usia menjadi dominan menyingkirkan kesempatan seseorang bekerja. Lihatlah lowongan kerja yang tersedia. Faktor usia menjadi pertimbangan penting. Mungkin itulah sebabnya Nomadland cuma ada di Amerika Serikat saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun