Coronavirus disease (Covid-19) terus menebar ketakutan dan mengubah banyak relasi sosial di masyarakat. Jelang pertengahan April ini di seluruh dunia tak kurang dari 1, 6 juta lebih korban positif  terinfeksi, 95 ribu lebih meregang nyawa sementara 355 ribu lebih lainnya dinyatakan sembuh. Kota-kota besar dunia yang biasa terjaga sepanjang hari sepanjang tahun ramai sesak manusia dan kendaraan tiba-tiba lengang bak kuburan.Â
Di Indonesia hingga tulisan ini dibuat sudah 5136 orang positif terinfeksi dengan 469 wafat dan 4221 lainnya menjalani perawatan (kompas.com 16/4/20). Namun semua kengerian tersebut tak berarti bagi 14 remaja di Makassar Sulawesi Selatan (medan.tribunnews.com 11/4/2020). Delapan pria dan enam wanita di bawah umur tertangkap basah penegak hukum sedang bersama di dua kamar hotel. Di kamar tersebut mereka tentunya mustahil melakukan social distancing apalagi physical distancing. Polisi menduga mereka adalah bagian dari praktek bisnis prostitusi online.
Abraham Maslow dalam makalah A Theory of Human Motivation (1943) membuat peringkat kebutuhan-kebutuhan dari rendah hingga tinggi. Kebutuhan rendah harus terpenuhi lebih dahulu sebelum melangkah kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan paling dasar manusia adalah Fisiologis (physiological needs). Pangan, sandang, papan, tidur dan kebutuhan reproduksi seksual masuk dalam kategori ini.Â
Lalu apakah tindakan delapan pria dan enam perempuan di bawah umur bersama di kamar hotel tersebut adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan fisiologis Maslow tersebut? Ataukah karena mereka semua dalam keadaan tekanan (stress) tinggi karena himbauan social distancing secara nasional untuk mencegah penyebaran Covid-19 sehingga perlu "pelampiasan"? Â
Kota Makassar sendiri menjadi episentrum Covid-19 di Sulawesi Selatan dengan 110 orang positif  terinfeksi, 433 orang dalam pengawasan (ODP) dan 152 orang pasien dalam pengawasan (PDP) (Makassar.tribunnews.com 11/4/20). Ataukah ini bentuk ketidakpedulian sosial sebagian warga masyarakat demi mengejar nafkah melalui bisnis prostitusi online?
Apapun yang menjadi alasan terjadinya peristiwa yang diberi judul media sebagai pesta seks tersebut membuktikan bahwa pandemic Covid-19 berdampak tak hanya lingkup kesehatan medis semata namun meluas hingga ke persoalan relasi sosial manusia seperti perkawinan, perceraian dan kelahiran. Covid-19 mengakibatkan umat manusia bersikap berlawanan dari lahiriah manusia yang ingin bersama secara fisik. Kebersamaan tiba-tiba menjadi berbahaya dan menyulut gesekan dan konflik (nytimes.com).Â
Situs Global Times (7/3/2020) memberitakan tingkat perceraian di beberapa distrik di Xi'an ibukota Propinsi Shaanxi Tiongkok melonjak drastis seiring penyebaran Covid-19 di negara Tirai Bambu. Kantor Catatan Sipil di kota tersebut menyebutkan menerima 14 permintaan cerai, jumlah maksimal kasus perceraian yang dapat dilayani dalam satu hari.Â
Tak jauh berbeda juga dengan kantor Catatan Sipil di kota Yanta yang menolak pendaftaran perceraian karena sudah penuh hingga 18 Maret 2020. Kantor ini mampu mengurus maksimal 5 kasus perceraian dalam sehari. Satu kasus perceraian diselesaikan dalam waktu 30-40 menit hingga terbit surat cerai. Setelah itu kantor ditutup sementara untuk disanitasi sebelum menerima pasangan selanjutnya.
Di Indonesia tingkat perceraian yang masuk ke pengadilan agama di seluruh Indonesia cenderung meningkat setelah krisis moneter 1997-1998. Trennya berkisar rata-rata antara 354 ribu lebih perkara hingga 374 ribu lebih perkara cerai setiap tahun selama tiga tahun terakhir sejak 2015-2017 (hukumonline.com).Â
Faktor penyebab perceraian di antaranya adalah ketidakcocokan, KDRT, faktor ekonomi hingga perselingkuhan. Tampaknya sebuah penelitian sosial mengenai jumlah perceraian di Indonesia pasca Covid-19 menarik dilakukan. Berapa banyak perkawinan yang berakhir dan menjadi, istilah nytimes, Covidivorce?
Suratkabar NewYork Times edisi daring (27/3/20) mengingatkan bahwa pandemik yang terjadi seluruh dunia mengakibatkan transformasi relasi sosial antarindividu di masyarakat. Di kota-kota yang mengalami lock-down  seperti London, Paris dan Spanyol binatang peliharaan anjing mendapat keistimewaan sejak muncul aturan bahwa warga diperbolehkan keluar rumah untuk mengajak jalan-jalan anjing peliharaannya setiap satu hari sekali. Di India permintaan jaswadi (kata lain dari kondom) diistilahkan media setempat sebagai menembus langit (Hindustantimes.com).Â