Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi-Ahok Dahulu Sayang, Sekarang?

9 Agustus 2019   03:20 Diperbarui: 9 Agustus 2019   03:37 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dahulu sayang, sekarang?.sumber.merdeka.com

Kongres Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) di pulau Dewata memiliki banyak pesan baik yang tersurat maupun tersirat. Pesan tersurat misalnya keinginan PDI-P melalui Ketua umumnya Megawati Soekarnoputri agar mendapat "jatah" menteri paling banyak di kabinet mendatang. Sementara hadirnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah pesan tersirat menarik yang membuat multitafsir merebak di jagad politik Indonesia.

Salah satu pesan tersirat lain yang sebetulnya menarik namun tampaknya luput dari perhatian media adalah hubungan antara Joko Widodo dengan Ahok alias Basuki Tjahaya Purnama (BTP). Inilah momen pertama kali keduanya berada dalam satu waktu dan ruang yang sama usai pilpres 2019 lalu. Inilah momen di mana mantan Gubernur DKI Jokowi  begitu dekat dengan  wakilnya pasca  "bercerai" dua tahun lalu karena tindak pidana penistaan agama.Inilah momen untuk pertama kalinya mereka berdua "bekerja" dalam satu wadah yang sama bernama Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P).

Di sisi lain kongres PDI-P tersebut juga mengumpulkan seorang KH Ma'ruf Amin dengan Ahok. Jika dua tahun lalu mereka berseberangan dengan Gerakan Nasional Mengawal Fatwa Ulama (GNMF) melalui aksi 212 dan angka "cantik" lainnya kini mereka duduk bersama walau tetap posisi  berbeda. Ma'ruf Amin kini adalah wakil presiden terpilih 2019-2024 sementara Ahok  menjadi bagian dari kepengurusan PDI-P Bali. Jokowi-Ma'ruf Amin duduk di depan sementara Ahok di belakang.Jokowi-Ma'ruf adalah somebody sementara Ahok "nobody". Mungkin itu sebabnya juga hanya nama Prabowo yang disebut Jokowi ketika berpidato di kongres V tersebut. 

Meski mereka bertiga dalam satu waktu dan ruang yang sama namun jaraknya berjauhan. Jauh di sini bukan dalam arti konkrit saja namun juga simbolik. Tak ada perjumpaan dan jabat erat yang dibuktikan dengan tayangan video maupun foto. Tak ada kutipan dari percakapan dalam pertemuan bahkan dalam waktu singkat.Kondisi ini dapat ditafsirkan sebagai simbol hubungan Jokowi-Ahok paling mutakhir.

Ahok sendiri tampaknya tahu diri. Ia muncul di lokasi konges V tersebut setelah Jokowi-Ma'ruf tiba lebih dahulu. Lain cerita jika Ahok sudah berada di ruangan dan Jokowi-Ma'ruf Amin datang kemudian. Pertemuan ketiganya bisa tak terelakkan. Namun faktanyanya bercerita lain. Menariknya Ahok kepada wartawan mengaku sempat berjabat tangan dengan Prabowo Subianto. Sayangnya para jurnalis tidak melanjutkan "pancingan" Ahok dengan bertanya apakah sudah bertemu dan berjabat tangan dengan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Absennya perjumpaan Jokowi-Ahok di kongres PDI-P di Bali adalah cermin bagaimana  relasi sosial politik psikologis antara kedua tokoh nasional tersebut. Ibarat pacaran, keduanya sudah tak memiliki perasaan. Tak ada benci dan tak ada juga cinta. Keduanya seakan tak saling kenal. Hubungan kerja selama 2012-2014 (sebagai gubernur-wakil gubernur) dan 2014-2017 (gubernur-presiden) seakan terhapus oleh vonis pengadilan. Jikalau diumpamakan hubungan perkawinan maka mereka berdua sudah sampai pada posisi cerai talak tiga, tak mungkin bersatu kembali.

Pertanyaan yang muncul: mengapa Jokowi bersikap demikian? Jawaban paling gampang kita harus ingat pidato visi Indonesia 14 Juli 2019 lalu. Dalam pidato tersebut presiden terpilih 2019-2024 Joko Widodo sangat menekankan pembangunan ekonomi di era pemerintahan 5 tahun mendatang. Ini artinya Jokowi sangat memerlukan stabilitas politik agar dapat khusyuk bekerja membangun perekonomian. Jokowi akan menghindari kegaduhan politik sekeras mungkin.Membuka relasi dengan Ahok dapat ditafsirkan dengan membuka kemungkinan kegaduhan sosial yang justru ia hindari. Membuka relasi dengan Ahok sama saja membangunkan macan tidur.

Selain itu Jokowi juga harus menghormati posisi KH Ma'ruf Amin sebagai wakilnya dahulu dan sekarang. Dahulu hubungannya dengan Ahok adalah saling berlawanan. Beredarnya video berisikan narasi bahwa Ahok sebagai "sumber konflik harus dihabisi" dapat menjadi bukti. Meskipun kini hubungan Ahok-Ma'ruf Amin dalam posisi yang sudah tidak saling berlawanan.

Dengan berdasarkan fakta mutakhir hubungan sosial politik psikologis Jokowi-Ahok tersebut maka kita dapat memprediksi bahwa kecil kemungkinan BTP dilibatkan sebagai aktor penting pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

 Hubungan Jokow-Ahok dulu loyang sekarang trembesi. Dahulu sayang sekarang....sendiri-sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun