Mohon tunggu...
Giyo Giyo
Giyo Giyo Mohon Tunggu... -

Dagang sandal jepit

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menunggu Petunjuk...

19 Oktober 2009   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:35 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah Bangsa Gurem, tak apalah masayarakat menyebut demikian memang kami sekarang sudah menjadi gurem, tetapi namanya gurem kami masih mempunyai kemampuan bikin gatal. walupun tubuh kami kecil tapi banyak, ada dimana2 dan yang terpenting bangsa lain tidak dapat memergoki perbuatan kamai karena kami susah terlihat. Sementara ini aku belum punya platform yang jelas, baru mau recovery,  aku nempel kesana kemari dulu agar tidak mati. Belum ada petunjuk harus kemana untuk menemukan orang yang pantas sebagai PETUNJUK bagiku. Menurut petunjuk feelingku, tidak apa2lah menunduk sebentar, turuti saja maunya bangsa yang berkuasa, yang penting cita2ku tercapai.  Nunduk sama kawan yang sekarang sudah menjadi  Bangsa Kutu tidak ada salahnya.  Harus bersabarlah sedikit jika ingin jadi laler, harus tunduk dulu sama Mister  Laron yang lebih besar dan lebih kuat kan hanya strategi. Mister Laron kan umurnya tidak panjang, hari ini punya sayap, besok sudah jadi semut, jadi rayap.  Kalau Laler umurnya lebih panjang, bisa terbang terus kesana kemari. Bagusnya aku menghadap Mister Laron, menyatakan pujian dan kehebatanya, siapa tahu dia menaruh simpati pada kepintaranku dan kehebatanku mampu bikin gatal yang lain. " Mister Laron, perkenankanlah kami yang bangsa Gurem ini untuk membantu menjalankan kekuasaan Mister. Kami adalah bangsa Gurem yang sudah terbukti kepiwaian dalam mencari dukungan dan mencari muka ............. " " Oh Ya ? " " Benar Mister, kami juga bangsa yang sangat loyal pada penguasa seperti Mister Laron ini ........... ". " Oh  ya..? " Pokoknya Mister, kami akan bekerja sesuai PETUNJUK Mister....." " Good....Good.....Good....., tapi kalian bangsa Gurem harus teken kontrak untuk tidak berhianat...". "Kalau cuma disuruh teken kontrak sih kecil Mister.......kami sudah biasa teken kontrak seperti itu, tetapi boss kadang2 maunya laen, kami harus loyal sama boss itu, langgar2 sedikit tidak apa2 demi boss, kami siap menanggung akibatnya...." " Ok...Ok...Ok..... Anda ingin posisi apa ?" " Kami menunggu PETUNJUK Mister saja............" " Sekarang.....mmmm  silahkan teken kontrak politik ini...." "Siap atas PETUNJUKNYA...........". " Sekarang.....baca pernyataannya...." "Siap atas PETUNJUKNYA........ Kami bangsa Gurem menyatakan taat dan loyal kepada Mister Laron dan segala tindakan dan perbuatan kami bangsa Gurem akan selalu mengikuti PETUNJUK Mister Laron. Kami bangsa Gurem dengan ini menyatakan pula bahwa jika kami korupsi,ngentit, nyuap, nyolong dan sejenisnya akan mengikuti cara cara sesusai PETUNJUK................" "Stop.....stooooooop....Skretariiiiiis.............!!!!!!  Siapa yang bikin konsep kontrak ini..????!!!! Mendengar terikan Mister Laron, sekretaris tergopoh gopoh mendekati junjungannya. " Saya ulangi........Siapa yang bikin konsep kontrak ini.....  ????????!!!!!!!" " Anu...anu......dibikin oleh bangsa Kutu Mister..... mantan bangsa gurem.......".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun