Mohon tunggu...
Doddy Hidayat
Doddy Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Ada yang panggil saya pemimpi, orang planet, ngawur dan sok pintar..dan itu betul semua :D http://www.konsultankreatif.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Why Demokrasi if ai susye makan nasi n U enak2 korupsi

31 Desember 2012   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356916136813709351

Catatan Penting 1 Tahun Integritas Bangsa

Demokrasi mungkin satu istilah politik yang paing banyak tampil dan disebut sepanjang tahun 2012 dan di tahun – tahun sebelumnya. Demokrasi bertahun lamanya dianggap sebagai obat mahal yang harus di miliki dan dikonsumsi seberapun harganya. Saking takjub dan yakinnya dengan demokrasi, bangsa ini berhasil menjadi satu dari sedikit bangsa yang paling demokratis. Tidak heran karena effort nya juga sangat besar, berbanding lurus dengan pengorbanannya yang luar biasa untuk mendapatkan predikat tersebut. Ibarat sarjana bergelar, demokrasi menjadi stempel verifikasi bagi pergaulan politik bebas aktif bangsa ini, seperti lebih pede gitu lah. Semangat yang sama juga dimiliki oleh India, Brazil, Argentina dan beberapa negara yang dulunya dianggap tidak demokratis. Selain stempel pergaulan politik, tentunya kita diajarkan dari kecil bahwa demokrasi mempunyai tujuan mulia yang lebih dari itu. Teman – teman di dunia bisnis percaya bahwa demokrasi adalah syarat mutlak bagi keberhasilan ekonomi, dari mulai urusan kebebasan berusaha, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, transparansi, public oriented hingga barometer jumlah investor yang berinvestasi di Indonesia. Bagi kawan – kawan aktivis pejuang hak dan keadilan, demokrasi dianggap sebagai tujuan bagi kebebasan berbendapat, berkarya, berargumentasi, berdaya upaya dan ber ber lainnya yang listnya banyak sekali deh. Bagi kawan – kawan dipolitik, demokrasi jelas dianggap paling biru, paling merah, paling kuning, paling hijau tergantung dari persepsi masing – masing. Maksudnya tiada lain, semua mengklaim sebagai yang paling memperjuangkan demokrasi. Sebagian yang lain menganggap demokrasi adalah demonstrasi alias bebas berunjuk rasa alias bikin kemacetan dan potensi kerusuhan heuheu. Sinis banget ya, memang iya sih, setiap prilaku dan aktifitas yang kontra kreatif dan kontra produktif, pasti saya sinis. Nah masalahnya saya mulai sinis dengan apa yang namanya Demokrasi! Setidaknya, selama tahun 2012 ini, ada 4 koreksi terhadap makna demokrasi di Indonesia. 1. Jika pemerintahan yang demokratis dianggap terbaik dan lebih baik dari jenis pemerintahan yang otoriter atau bahkan rezim dan feodal, saya rasa harus di koreksi jika konstelasinya bicara soal prestasi demokrasi dalam pemberantasan korupsi. Saking perlu di koreksinya, dalam urusan korupsi ini kata demokrasi dan aplikasinya mengalami kasus pejoratif yang berat. Apaan tuh? Itu dia, penurunan makna kata yang mengarah ke persamaan derajat antara demokrasi dan korupsi. Coba saja lihat kasus – kasus korupsi hebat, kalau mbah Google kita minta cari demokrasi sebagai kata kunci, maka akan muncul kata terkait: demo, demokrat, demontrasi, hambalang, KPK, FPI, Kerusuhan, korupsi, Angelina, Aceng, dll (nama – nama yang terkait lah pokoknya). Salah kalau bilang Singapura itu lebih demokratis dari Indonesia. Tapi benar kalau sebut Indonesia urutan teratas negara terkorup dan Singapura urutan teratas negara paling bersih korupsi, misalnya. Satu lagi contoh negara yang mengaku paling demokratis, Amerika Serikat, korupsinya memang tidak perentilan seperti suap, sogok atau pungli, tetapi sekali korupsi, 1 dunia menderita krisis ekonomi. Siapa yang pernah baca kasus Enron dan Wallstreet? Baca ya, nanti tahu apa yang saya maksud. 2. Jika demokrasi dianggap sebagai syarat kebebasan berekspresi, termasuk dalam menjalankan keyakinan, Tahun 2012 ini, disaat Pak SBY menerima berbagai penghargaan Indonesia sebagai negara demokratis, berbagai kasus anarkis, kerusuhan atas nama agama justru heboh sekali terjadi. Yang terbaru saya rasa soal fatwa haram ucapan selamat natal, masuk juga dalam koreksi terhadap demokrasi ditahun 2012 ini. 3. Jika Demokrasi dianggap pembela dan platform peningkatan kesejahteraan rakyat, saya rasa tahun 2012 ini banyak peristiwa terjadi yang menunjukkan demokrasi gagal dalam usaha itu. Saya ngeri banget itu lihat video peristiwa mesuji di lampung, juga geleng – geleng kepala dengan aksi nekad pemblokiran jalan tol oleh rombongan pengunjuk rasa buruh di Cikarang, hingga senyum kecut membacaperistiwa sendal jepit tertolak di gedung MA. 4. Jika demokrasi dianggap sebagai tujuan sekaligus solusi politik terbaik, maka banyak sekali koreksi yang harus dilakukan. Boleh tanya ke Kang Eep Saefulloh Fatah, berapa jumlah jamleh uang rakyat di kas negara yang dipakai untuk pesta demokrasi. Boleh tanya juga ke KPK, jumlah kerugian negara akibat korupsi orang – orang politik. Boleh tanya juga ke Pak Anies Baswedan tentang prestasi orang politik dalam mengangkat harkat dan martabat serta integritas bangsa ini di hati rakyat dan di mata publik internasional. Boleh tanya juga ke Iwan Fals dan Slank mengenai amanat demokrasi oleh para wakil rakyat selama ini. Ada yang mau menambahkan poin lain? Boleh disambung di kometar. Akhir kata saya hanya sedikit lupa atau kuno mungkin jika demokrasi masih saya anggap identik dengan kesejahteraan, tumbuh kembang, produktifitas, kreatifitas, peningkatan kecerdasan bangsa, kedewasaan sosial, dinamika, tanggung jawab, kebebasan, keharmonian dan kemakmuran. Selamat tahun baru! Doddy Hidayat Konsultan Kreatif Jangan lewatkan artikel terbaru Fresh from the Oven: DPR habiskan anggaran 500 Milyar: Kerah putih berjiwa kerdil Artikel Terkait: 1. Langkah strategis pemberdayaan daerah perbatasan 2. Gempa di Talaud, potensi Tsunami NKRI 3. Sudahkah pemerintah memahami kebutuhan UMKM 4. Jangan Harap Jokowi Berprestasi 5. Apa benar peraturan dibuat untuk dilanggar 6. Siapa sebenarnya manusia Indonesia paling modern Read more: http://www.konsultankreatif.com/2012/12/apa-arti-demokrasi-di-tahun-2012.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun