Mohon tunggu...
Doddy Hidayat
Doddy Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Ada yang panggil saya pemimpi, orang planet, ngawur dan sok pintar..dan itu betul semua :D http://www.konsultankreatif.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kata 'Presiden' Ariel Lebih Ganteng dari Jonghyun

19 Desember 2012   08:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22 5087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gangnam Style dan K-Pop itu Konspirasi

Renungan Industri Kreatif Nasional agar tidak hanya sebatas wacana

Waw Dahsyat ya judulnya. Bisa dikutuk fans mania sejagat raya nih heuheu. Tapi sebelum para penggemar mengutuk saya, izinkan sedikit saja menangkap fenomena Korean Wave ini untuk pelajaran bagi kita semua. Bukan untuk fans mania saja kok, justru artikel ini saya buat untuk masukan kepada pemerintah kita tercinta dan segenap penggiat industri kreatif di tanah air. Silahkan sambil membaca berjoget jockey ala Psy Gangnam Style heuheu.

Saya pribadi sih agak gimana gitu melihat cowok – cowok cantik bermata sipit melenggak lenggok membentuk formasi ala cheerleaders. Tapi jika melihat reaksi para fans mania, wow sekali ganti gerakan langsung disambut dengan jeritan kagum membahana membuat merinding bulu roma. Kalau ikut gaya Fenny Rose di Silet mungkin bahasanya seperti ini: Gelombang hati bersatu padu, bergetar tertuju keatas panggung saat sang dewa – dewa menebar sihir pesona, wakakak Silet banget ngga tuh!

Tapi saya tidak lantas mencibir, justru angkat jempol sambil tersenyum pahit dan mengaku kalah untuk sementara. Nah lo, apa saya bercita – cita jadi super star panggung? Mungkin kalau 20 tahun yang lalu boleh juga tuh. Saya kagum dengan keberhasilan gelombang koreanisasi atau sering disebut Korean Wave ini. Sayangnya, banyak pihak yang terkait melihat hal ini hanya sebatas fenomena atau tren suka – sukaan anak Abege.

Kalau saya jadi penentu kebijakan di pemerintah, saya akan tersenyum melihat generasi K-Pop berkulit sawo matang alias anak – anak generasi penerus ini. Senyum tapi hati menangis..wah fenny Rose lagi nih. Kali ini tidak.  Saya akan berkata lirih: Lihatlah wahai orang tua, wahai guru, wahai menteri – menteriku, wahai anggota parlemen terhormat, wahai para ulama dan pendidik bangsa dan wahai semua unsur bangsa yang berperanan sebagai stakeholder pembangunan insan bangsa ini..Kalau dulu kita sambut Jepang sebagai saudara tua dan kemudian habis bangsa ini menderita dalam waktu hanya seumur jagung, kini datang lagi saudara dekatnya, masuk dengan sambutan dan kecintaan dari anak – anak kita yang masih seumur jagung. Mereka lebih pintar dan kreatif. Tidak perlu senjata dan tentara, mereka cukup mengirim 5 anak muda dan mampu menggunjang ganjing tatanan budaya bangsa ini yang memang sih belum jelas – jelas amat mau kita rumuskan seperti apa. Haha makanya saya tidak jadi presiden, bahasanya kacau balau.

Lalu menteri pariwisata dan industri kreatif bertanya: Lho bukannya bagus toh pak, ada hiburan buat para abege dan kan kita juga diuntungkan dengan pajak hiburan yang lumayan? Lalu menteri pendidikan juga berkata: Iya pak bagus itu untuk menumbuhkan semangat belajar bahasa Asing, supaya siswa kita mampu berbahasa asing dan mudah kerja di pabrik – pabrik perusahaan asing. Lalu Menteri Sosial dan Kapolri juga menyahut: Kami rasa ada benarnya pak, dari pada anak – anak muda ini Tawuran, narkoba atau nongkrong ngga jelas, kan mendingan kalau waktunya di pakai untuk berjoget ala Gangnam Style..saya juga bisa kok pak! Jedueeerr!! Langsung saja sang presiden bangkit dari kursi kepresidenan, menatap tajam, bertolak pinggang dan berkata lantang:

Dengarkeun baik – baik saudara saudari sekalian.  Siapa lebih dulu merdeka kita atau orang korea? Siapa yang lebih dulu menggerakkan roda pembangunan disaat mereka masih asyik perang saudara? Siapa yang masih tidak mengerti diantara kalian, betapa luasnya teritorial kita, ditambah dengan khasanah kekayaan bumi, laut dan udara serta aset manusia yang berpuluh – puluh kali ganda dibanding mereka? Mendiknas, Tahu tidak sampean berapa jumlah sarjana kita dibanding jumlah sarjana mereka? Menteri pemuda dan olah raga? Mana dia? Ooh saya lupa, mana gantinya? Ya kamu, tahukah kamu berapa banyak potensi kreatif yang ada di masyarakat dari berbagai bidang seni, budaya, film, musik, seni rupa dsb yang mempunyai talenta dan kreatifitas melebihi dari boys band – boys band kemayu berbahasa kanji itu? Tahukah kalian semua gadget yang kalian pakai sekarang itu buatan korea? Mobil yang ada digarasi rumah kalian itu buatan Korea? Tahukah arti ini semua?

Mendengar begitu, semuanya terdiam, manggut manggut tanda tak paham. Akhirnya presiden kesal dan pergi meninggalkan ruangan. Diambilnya laptop, buka wifi dan menulis kegundahannya dan dipostingnya menjadi artikel di Blog. Singkat saja tulisannya, beliau hanya menulis:

Maafkan saya ibu pertiwi. Terlalu banyak urusan yang penting jadi tidak penting dan begitu sebaliknya. Bangsa besar anugerah Tuhan ini, lagi – lagi masih mudah terpedaya layaknya gajah dipermainkan kancil. Padahal semuanya kita punya sebagai syarat menjadi bangsa yang besar. Kita selalu kalah berdiplomasi. Dari mulai sengketa pulau kecil, kesepakatan kerjasama dagang, hitung – hitungan investasi dan keistimewaan pengelolaan bagi perusahaan – perusahaan asing, hinggi kini kita pun kalah secara halus berdiplomasi (Soft Diplomacy) melaui sosial budaya.

Bangsa lain dengan cerdiknya berinvestasi untuk mengambil raw material kita secara besar – besaran. Lalu mereka buat industri dari hasil alam kita. Lalu mereka jual hasil industri mereka dengan balutan kecanggihan teknologi. Dan kini secara kreatif mereka kirim pejuang – pejuang budaya mereka untuk menyihir generasi penerus kita bahwa segala yang canggih, segala yang kreatif, segala yang keren dan modern itu dari luar. Padahal kita semua masih suka nasi, tempe dan gado -  gado. Kita punya Agnes Monica, Ariel Noah dan ratusan seniman hebat lainnya. Ariel juga nggak kalah ganteng dengan Jonghyun. Tapi bukan soal gantengnya Ariel, ini soal kenyataan bahwa ternyata bangsa ini tidak pernah terlepas dari penjajahan. Kita pikir kita sudah merdeka. Kita pikir merdeka itu karena kita sudah berdaulat wilayah. Lagian mana ada lagi negara menjajah negara dengan senjata zaman sekarang. Paling juga Amerika dan Israel, yang lain sudah lebih cerdik dari kedua negara tersebut. Maafkan saya ibu pertiwi jika kita masih terjajah dengan kreatifitas bangsa lain.

Wah, jadi ngelamun begini. Sudahlah dari pada mimpi jadi presiden, lebih baik segera saya posting saja tulisan ini. Buat yang fans Mania K POP maklum aja ya, saya fans nya Gun N Roses, sama dong dengan Pak Jokowi heuheu. Sekian dari saya, semoga bermanfaat

Jangan lewatkan juga artikel paling HOT di Twitter: Bupati Ancam Gubernur? Cuma ada disini

Artikel Terkait: Political Marketing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun