Mohon tunggu...
Doddy Haripriambodo
Doddy Haripriambodo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dulu menulis di Mading, kini menulis di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sedang Trend: Blusukan dan Nesu-nesu

5 Januari 2015   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:48 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam satu minggu terakhir, selain berita pencarian pesawat AirAsia, berita tentang rencana perombakan struktur birokrasi Pemda DKI sangat sering diberitakan. Tentu bumbu terpenting dari berita rencana perombangkan Birokrasi ini adalah pernyataan-pernyataan Gubernur Basuki yang mayoritas berisi amarah dan ancaman kepada jajarannya. Bisa jadi setiap hari, beliau ini diberitakan marah dan mengancam. Terakhir mengeluarkan ancaman kepada jajaran guru PNS di kota Jakarta.

Saya berinteraksi dengan aparatur pemerintah kota Jakarta untuk berbagai urusan dan keperluan. Saya sepakat bahwa sangat banyak pembenahan diperlukan  khususnya terhadap sistem dan etos kerja birokrasi Pemda DKI. Tetapi, style manajemen "sumbu pendek" dan ancam mengancam bukan style manajemen yang saya pilih. Kita tidak perlu lagi terjun sendiri bikin konsep manajemen (kecuali kita merasa paling pinter sendiri), karena sudah tersedia konsep manajemen dan kepemimpinan yang sudah diujicobakan dalam ribuan bahkan jutaan kasus manajemen.

Saya tidak sedang membahas konsep dan style manajemen, saya justru ingin soroti betapa banyak Kepala Daerah yang tampaknya secara sengaja ingin diliput dan diberitakan oleh Media saat sedang "gebukin" anak buahnya. Bukan hanya Kepala Daerah, Menteri pun banyak sekali yang in-action dengan tingkah laku garang dan mudah meledak saat mejumpai jajarannya dinilai tidak bekerja baik. Kenapa mesti marah meledak ledak, padahal dia belum pernah berikan perhatian dan  arahan tentang sesuatu hal tersebut, jadi bila anak buahnya salah, dia pun harusnya ikut tanggungjawab. Saat ini (saya rasa sejak tahun 2012 an), kriteria bekerja keras seorang Kepala Daerah dan Menteri bergeser jauh. Jabatan tinggi tidak identik dengan kerja olah pikir perumusan konsep, kerja koordinasi, kepemimpinan dan manajemen. Kriteria kerja keras pejabat sangat bersifat operasional, fisik dan tindakan. Lihat saja menteri Tenaga Kerja sampai merasa harus memanjat pagar. Menteri Susi sampai mencoba naik sepeda motor trail. Menpora saat meninjau TC atletik disempatkan mencoba block sprinter. Demikian pula Kepala Daerah, Walikota Ridwan Kamil ikut buligir (telanjang dada) saat menjadi suporter kesebelasan kebanggaan kotanya. Walikota Bogor ikut-ikutan naik man-lift untuk nebang pohon. Tentu yang paling monumental adalah Gubernur Jokowi nyebur got di kawasan Jalan Thamrin. Jujur saya akui, saat ini masyarakat Indonesia memang sedang mengidolakan tokoh - tokoh yang rajin keluyuran di lapangan sambil ancam anak buahnya yang dinilai lalai. Saya baca komentar dukungan kepada Gubernur Basuki saat beliau "menghajar" para PNS di Pemda DKI. Mirip seperti sedang menghakimi copet yang tertangkap tangan, ikut kirim bogem mentah untuk memuaskan rasa kesal.

Sayangnya tidak pernah diberitakan mereka bekerja di kantor hingga larut malam menyusun konsep implementasi suatu program yang sangat penting untuk rakyat. Jangan-jangan konsepnya memang bukan mereka yang menyusun, karena Kepala Daerah atau Menteri tersebut memang tidak punya konsep atau tidak mampu menyusun konsep. Boleh sih ikut - ikut an sibuk di lapangan, tapi tidak setiap waktu sehingga tugas lain yang lebih penting dilupakan. Biasanya, Kepala Daerah atau Menteri yang terlalu rame di Media, tidak mampu membuat suatu perubahan yang mendasar. Perubahan atau program yang dia susun hanya bersifat face lift saja dan akan hilang saat dia tidak lagi menjabat.

Demikian sekelumit. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun