Sebuah nyanyian mengalun, memancarkan kepedihan:
orang sepertiku, tak pantas untuk bahagia!
Aku tertegun dan sangat prihatin
ini kualami berkali-kali, aku berjalan di pedalaman diri
bulan Juli di kampungku, adalah puncak musim kemarau
pohon-pohon layu dan meranggas, mengingatkanku
betapa telah kuhabiskan waktu untuk sesuatu yang sia-sia
kegembiraanku meredup, dan aku makin gemar mengurung diri
Telah kureguk semua empedu kehidupan
rasa pahitnya, tersisa abadi di ujung lidah
Wahai pejalan yang linglung, kapan sampai tujuan?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!