“Ini adalah monumen tengat kesabaran dan angkara satu barisan ribuan mimpi,
titik berangkat yang tak pernah dapat kami datangi kembali terbuang serupa fotokopian pamflet aksi di setiap perempatan, harapan kami akan berakumulasi menyaingi nyalak senapan kalian! kami merayap dalam lamat menyaingi hantu-hantu pesakitan, hingga waktu kalian mencapai tengat”
(Tantang Tirani – Homicide)
Hari ini, 28 Januari 2010 pemerintahan SBY-Boediono memasuki 100 hari pertama, program-program yang direncanakan oleh pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu masih jauh dari harapan rakyat, berbagai persoalan hukum, ekonomi dan politik masih belum ada kejelasan penyelesaian.
[caption id="attachment_62742" align="alignleft" width="300" caption="aksimassa - eramuslim"][/caption]
Parlemen jalanan mengevaluasi 100 hari Pemerintahan ini dengan Gerakan Aksi Massa. Aksi yang akan dimobilisasi tergabung dari berbagai elemen, baik akademisi, intelektual, pemuda dan mahasiswa, diperkirakan mencapai 40 ribu orang, yang terbagi menjadi 3 titik besar aksi, yaitu di depan Istana Negara, didepan Gedung DPR RI, dan Gedung Kementrian keuangan.
Aksi massa digelar karena Pemerintahan dinilai gagal memenuhi janji-janjinya yang pernah diucapakan semasa kampanye. Pekerjaan Rumah (PR) http://ekonomi.kompasiana.com/2010/01/20/pr-pemerintah-yang-tak-kunjung-selesai/. Kasus Bailout Bank Century masih belum menunjukan titik terang. Panitia Angket haya sibuk membela kepentingan partai dan posisinya masing-masing. http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/23/ketika-kepentingan-menjadi-ideologi-partai/
Dibukanya Asean-China Free Trade Area (ACFTA) yang bisa menghantam industri dalam negeri, semakin jelas memperlihatkan keberpihakan Pemerintah kepada Neoliberalisme. Walaupun ini lebih banyak disebabkan tidak siapnya industri dalam negeri yang terlena oleh fasilitas dan proteksi dari pemerintah. http://ekonomi.kompasiana.com/2009/12/28/tidak-ada-yang-abadi-kecuali-kemiskinan-di-negeri-ini/.
Aksi masa wajar dilakukan karena Pemerintah semakin tidak peka dengan permaslahan masyarakat. Lebih lucunya, ditengah semua masalah yang menerpa bangsa ini, Presiden bukan membuat sebuah keputusan revolusioner yang bisa menyelamatkan bangsa dari keterpurukan (seperti Bung Karno yang mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, ketika terjasi kebuntuan pembuatan UUD), malah mengeluarkan Album lagu dengan judul “Kuyakin sampai Disana” http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/26/presiden-atau-pesinden/. Album ini seakan menunjukan kepercayaan diri Presiden bahwa semua masalah ini tak akan menggangunya sebagai presiden sampai 2014.
Sepertinya SBY panik dengan aksi massa yang akan digelar. SBY bahkan mendorong Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) untuk ikut mengamankan aksi tersebut, selain dari Kepolisian dan TNI. SBY panik seakan takut bahwa aksi massa ini akan berusaha menjatuhkanya dari kursi Presiden. Untuk menutupi kepanikannya SBY meluncurkan Album agar masyarakat mengira beliau masih tenang-tengan saja.
Sebenarnya memang Presiden tidak perlu takut atau paranoid dengan aksi massa ini. Apalagi mencurigai bahwa kasi ini ditunggangi. Masyarakat juga tidak ingin mengganti Presdien dengan cara seperti ini karena social cost nya sangat tinggi dan akan menambah penderitaan rakyat. rakyat hanya mengingkan pemerintah serius dalam menangani semua masalah yang terjadi tanpa adanya kompromi politik. Semua dilakukan harus semata-mata untuk kepentingan rakyat.
Semoga aksi massa nanti berjalan dengan dengan tertib dan aman dan Pemerintah sadar atas kewajibannya untuk mensejahterkana rakyat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI