Mohon tunggu...
M Retno Daru Dewi
M Retno Daru Dewi Mohon Tunggu... Dosen - Stisip Widyapuri Mandiri

seorang Wdyaiswara Ahli Madya di Badan Narkotika Nasional, juga dosen di STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi. Pengalaman sebagai perawat di RS Sint Carolus 15 tahun (1989-2004), Unit Manajer di PT Astra CMG yang kemudian berubah menjadi PT Commonwealth 5 tahun (2001-2006). Di BNN mulai dari bidang Psikologi, kepala seksi Rehabilitasi swasta, Kepala BNNK Sukabumi dan kini kembali menjadi pendidik para PNS dan Non PNS tentang Kepemimpinan, Bela negara, manajemen, Master nilai2 BNN RI, Psikologi, Adiksi, Gada Utama, Orientasi DPRD,. Pendidikan selain Widyaiswara Utama, PKN II, Lemhannas PPRA 64 juga doktoral dari Unpad (2022). Hobi berorganisasi, dan ilmu yang ada bisa dirasakan oleh semua orang. Selalu ingin maju karena hidup ini terlalu indah bila tidak berkarya,.Topik psikologi, narkoba, Indonesia maju, Politik, Administrasi Publik, Pemerintahan, Kepemimpinan. Berkarya selagi ada kesempatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Damailah Indonesia

13 September 2024   19:23 Diperbarui: 13 September 2024   19:33 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, dengan keberagaman suku, agama, dan budaya yang begitu kaya, seringkali disebut sebagai miniatur dunia. Dalam keberagaman ini, toleransi menjadi kunci untuk menjaga persatuan dan kedamaian. Namun, toleransi bukanlah sekadar kata-kata indah yang sering kita dengar. Toleransi adalah tindakan nyata yang tercermin dalam setiap interaksi kita dengan sesama.

Salah satu momen yang paling ikonik dalam sejarah toleransi di Indonesia adalah pertemuan antara Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Naarudin Umar, masjid terbesar di Asia Tenggara. Pertemuan ini bukan sekadar pertemuan dua tokoh agama, melainkan sebuah simbol persatuan dan toleransi yang menginspirasi dunia. Ciuman kasih yang terjalin antara keduanya menjadi bukti nyata bahwa perbedaan agama tidak menghalangi kita untuk saling menghormati dan menyayangi.

Pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengajarkan kita banyak hal tentang toleransi sejati. Damailah Indonesia terjadi dengan momen ini. Berikut beberapa poin penting yang dapat kita ambil:

  • Toleransi adalah tindakan nyata: Ciuman kasih yang terekam dalam sejarah menjadi bukti bahwa toleransi bukan hanya sebatas ucapan, tetapi tindakan nyata yang dapat menyentuh hati banyak orang.
  • Perbedaan adalah anugerah: Keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia bukanlah ancaman, melainkan anugerah yang dapat memperkaya kehidupan kita.
  • Dialog antaragama penting: Pertemuan antara kedua tokoh agama ini menunjukkan pentingnya dialog antaragama untuk membangun saling pengertian dan kerja sama.
  • Toleransi membawa kedamaian: Dengan mempraktikkan toleransi, kita dapat menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis.
  • Toleransi adalah tanggung jawab bersama: Toleransi bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai masyarakat dan bangsa.

"Damailah Indonesia" adalah harapan kita bersama. Pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar telah menunjukkan kepada kita bahwa toleransi adalah jalan menuju perdamaian. Mari kita jadikan momen bersejarah ini sebagai inspirasi untuk terus membangun Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan damai.

Setiap individu memiliki peran penting dalam mewujudkan toleransi. Kita dapat mulai dari lingkungan terdekat, keluarga, teman, hingga masyarakat yang lebih luas. Dengan saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun dialog yang konstruktif, kita dapat menciptakan Indonesia yang lebih bersatu dan maju.

Panggilan Aksi, marilah Mulai dari diri sendiri, Praktikkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari; Bangun relasi antaragama: Jalin persahabatan dengan orang-orang dari agama yang berbeda; Lawan diskriminasi: Jangan takut untuk bersuara ketika melihat tindakan diskriminasi; Sebarkan pesan toleransi: Bagikan kisah-kisah inspiratif tentang toleransi kepada orang lain.

Mari bersama-sama mewujudkan Indonesia yang damai dan toleran!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun