kolam air panas berasap tipis menjadi daya tarik utama, dikelilingi taman yang tertata rapi. Kami segera menuju vila yang sudah dipesan sebelumnya. Vila ini cukup luas untuk menampung kami semua. Kakek memilih kamar dengan balkon menghadap taman, sementara kami anak-anak langsung menuju ruang keluarga yang nyaman untuk bermain bersama. Setelah menaruh barang-barang, kami tidak sabar menikmati kolam air panas. Sore itu, kami semua berendam bersama di salah satu kolam air panas alami. Air hangatnya benar-benar menyegarkan tubuh yang lelah. Kakek terlihat sangat menikmati, sesekali beliau memuji betapa bermanfaatnya air hangat ini untuk kesehatan. Adik dan sepupu-sepupu bermain cipratan air hingga tak henti-hentinya tertawa. Ayah dan Ibu, yang biasanya sibuk, terlihat begitu santai menikmati momen ini. Setelah puas berendam di kolam air panas dan menikmati vila yang nyaman, kami sepakat untuk menjelajahi area jajanan di sekitar Ciater Resort. Hari itu, suasana terasa hidup dengan deretan kios yang menjajakan makanan lokal dan jajanan unik. Aroma panggangan, kopi hangat, dan camilan manis langsung menggoda kami untuk mencicipi semuanya. Kakak menjadi yang paling antusias. Ia segera berjalan ke kios takoyaki yang menarik perhatiannya. "Aku suka takoyaki yang lembut di dalam dan renyah di luar," ujarnya sambil melihat proses pembuatannya. Penjualnya, seorang pria ramah dengan senyuman hangat, dengan cekatan menuang adonan ke dalam cetakan bulat. Ia menambahkan potongan gurita kecil dan membolak-balik adonan hingga matang sempurna. Setelah diberi topping saus manis, mayones, dan serpihan bonito, takoyaki itu tampak menggoda. "Ini takoyaki terbaik " seru Kakak setelah gigitan pertama. Ia menjelaskan betapa lembut teksturnya dan bagaimana rasa gurita yang gurih berpadu sempurna dengan sausnya. "Hangatnya pas banget sama udara dingin di sini," tambahnya sambil menawarkan kami untuk mencicipinya. Kami semua setuju bahwa rasanya memang luar biasa. Sementara itu, Ayah dan Ibu berjalan ke arah kios kopi. Mereka terlihat menikmati momen sederhana bersama. Di dekat kios, terdapat selokan kecil dengan aliran air panas alami. Pengelola tempat itu menyediakan bangku panjang di sepanjang sisi selokan, memungkinkan pengunjung untuk merendam kaki sambil menikmati suasana. "Aku suka ide ini. Minum kopi hangat sambil kaki direndam di air hangat  terasa santai sekali," kata Ayah sambil tersenyum. Ia memilih secangkir kopi hitam, sementara Ibu memesan kopi susu dengan sedikit gula. Aroma kopi segar menyeruak saat mereka duduk bersama. Ayah melepas sepatunya, merendam kakinya ke dalam air hangat, dan segera tersenyum puas. "Airnya benar-benar menenangkan. Rasanya seperti seluruh kelelahan di kaki menghilang begitu saja," ujar Ayah. Ibu mengangguk setuju sambil menyeruput kopi susunya. "Ditambah kopi ini," tambah Ibu, "hangatnya pas, rasanya lembut, dan aromanya benar-benar enak. Tempat ini luar biasa untuk bersantai." Kami, anak-anak, tertawa melihat betapa rileksnya mereka. Ayah bahkan mulai bercerita tentang rutinitas kerjanya yang membuatnya jarang punya waktu untuk bersantai seperti ini. "Kadang kita lupa untuk menghargai hal-hal kecil seperti ini," katanya. Ibu tersenyum dan menggenggam tangannya, menikmati kebersamaan sederhana yang sangat berharga. Sementara itu, saya dan Adik berkeliling mencari jajanan lain. Kami menemukan kios yang menjual sosis bakar dengan berbagai pilihan rasa. Penjualnya menunjukkan beberapa sosis besar yang dipanggang dengan sempurna. Aroma daging bakar bercampur dengan bumbu manis dan pedas memenuhi udara. "Kita coba ini!" seru Adik. Kami memesan beberapa tusuk sosis, yang disajikan dengan saus sambal khas. Saat menggigitnya, rasa dagingnya yang juicy berpadu dengan bumbu manis-pedas yang membuat kami ketagihan. Di sela-sela menikmati makanan, kami melihat lebih banyak pengunjung yang juga tampak senang menikmati suasana. Anak-anak kecil berlarian, pasangan-pasangan duduk di pinggir air sambil mengobrol, dan grup teman-teman berbagi tawa sambil mencicipi berbagai jajanan. Suasana ini membuat tempat itu terasa hidup dan penuh kehangatan. Ketika kembali ke tempat Ayah dan Ibu, kami menyerahkan sosis bakar yang sudah kami beli. "Ini enak banget! Kalian harus coba," kata Adik sambil menyerahkan tusukannya. Ayah langsung mencicipinya dan mengangguk setuju. "Ini luar biasa. Rasanya sempurna untuk tempat seperti ini," katanya. Ibu juga tersenyum sambil memuji rasa pedas-manis yang khas. Kami melanjutkan perjalanan ke kios yang menjual dessert tradisional seperti colenak dan serabi. Kakek, yang biasanya sederhana dalam pilihannya, sangat tertarik dengan colenak--- tape bakar yang disiram saus gula kelapa. "Ini mengingatkan saya pada masa kecil," kata Kakek sambil mencicipinya. Kami melihat senyumnya yang lebar saat ia menikmati setiap suapan.  Kakak yang masih membawa kameranya sibuk memotret makanan dan suasana sekitar. "Tempat ini benar-benar fotogenik," katanya. Ia mengambil foto detil jajanan, tawa keluarga, dan pemandangan alami di sekitar. "Makanannya nggak cuma enak, tapi juga bikin foto-foto aku terlihat lebih hidup," tambahnya sambil menunjukkan hasil fotonya kepada kami. Sore itu, kami semua merasa puas. Tidak hanya perut kami yang kenyang, tetapi juga hati kami yang hangat. Setiap jajanan yang kami cicipi memiliki cerita, dan setiap momen yang kami habiskan bersama terasa begitu berarti. Meskipun liburan kami ke Ciater Resort Taman Rekreasi Air Panas dipenuhi dengan banyak momen menyenangkan, ada beberapa hal yang menjadi tantangan, terutama karena kunjungan kami bertepatan dengan musim liburan Tahun Baru. Seperti yang kami duga sebelumnya, tempat ini menjadi salah satu destinasi favorit bagi banyak orang, sehingga suasana ramai sudah terasa bahkan sejak kami tiba di pintu masuk. Antrean Panjang dan Kerumunan Ketika kami pertama kali memasuki area kolam air panas, kami langsung disambut oleh antrian panjang di loket tiket. Ayah harus berdiri cukup lama untuk membeli tiket masuk, sementara kami yang lain menunggu di pinggir. Meskipun petugasnya ramah dan cukup cepat dalam melayani, jumlah pengunjung yang membludak membuat prosesnya terasa lebih lama dari biasanya. Saat kami masuk ke area kolam, kami menyadari bahwa hampir semua tempat duduk di sekitar kolam sudah terisi. Keluarga-keluarga lain menggelar tikar di berbagai sudut, dan beberapa kelompok besar tampak memenuhi kolam-kolam favorit. Kami akhirnya harus sedikit berkeliling untuk menemukan tempat yang cukup nyaman bagi kami semua. Keterbatasan Ruang Pribadi Saat mencoba berendam di salah satu kolam, kami juga merasakan tantangan karena kerumunan yang sangat padat. Banyak orang berusaha menikmati kolam yang sama, sehingga ruang untuk bergerak menjadi terbatas. Kakek, yang biasanya suka berendam dengan tenang, tampak sedikit kurang nyaman karena harus berbagi ruang dengan begitu banyak orang. Adik, yang biasanya ceria, sempat mengeluh karena air kolam yang awalnya hangat malah terasa kurang nyaman akibat terlalu banyak orang yang masuk ke dalamnya. Ayah mencoba menghibur dengan berkata, "Namanya juga liburan bersama banyak orang, jadi harus sabar." Kami pun mencoba menikmati momen meskipun suasananya tidak seideal yang kami bayangkan. Keramaian di Area Jajanan Setelah menikmati kolam air panas, kami berencana mencicipi berbagai makanan di area jajanan. Namun, keramaian di sini juga cukup menyita perhatian kami. Hampir semua kios dipenuhi oleh antrian panjang, terutama yang menjual makanan populer seperti takoyaki dan sosis bakar. Kakak, yang sangat bersemangat mencoba takoyaki, harus berdiri di antrian selama hampir 20 menit sebelum akhirnya mendapatkan pesanannya. "Aku tidak keberatan menunggu, tapi seharusnya ada lebih banyak kios di sini," ujar Kakak sambil tersenyum kecut. Adik juga merasa sedikit kecewa karena tidak bisa segera mendapatkan sosis bakarnya. Namun, kami tetap mencoba menikmati suasana meskipun waktu tunggu terasa cukup lama. Kekurangan Tempat Parkir dan Fasilitas Umum Saat kami tiba di Ciater, salah satu hal yang langsung terlihat adalah keterbatasan tempat parkir. Banyak mobil yang diparkir di sepanjang jalan utama karena area parkir sudah penuh. Ayah harus mencari tempat yang cukup jauh dari gerbang masuk, yang membuat kami harus berjalan lebih lama untuk mencapai lokasi utama. Fasilitas umum seperti kamar mandi dan ruang ganti juga menjadi salah satu titik kendala. Dengan begitu banyak pengunjung, antrean untuk menggunakan kamar mandi cukup panjang. Beberapa di antaranya juga terlihat kurang bersih karena digunakan terus-menerus tanpa jeda. Hal ini membuat beberapa anggota keluarga, terutama Kakek, merasa kurang nyaman. Suasana yang Kurang Tenang Salah satu alasan utama kami memilih Ciater adalah karena kami ingin merasakan suasana tenang sambil menikmati keindahan alam. Namun, dengan begitu banyak pengunjung, keheningan yang kami harapkan menjadi sulit didapatkan. Suara anak-anak bermain, obrolan antar keluarga, dan pengumuman dari pengeras suara membuat suasana terasa sedikit bising. Ayah sempat bercanda, "Sepertinya kita harus datang ke sini di hari biasa kalau mau lebih tenang." Kami semua tertawa kecil, setuju dengan ide itu. Meskipun ada beberapa kekurangan yang membuat pengalaman kami kurang sempurna, kami tetap merasa bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga. Ayah dan Ibu selalu mengingatkan kami untuk fokus pada kebahagiaan yang kami rasakan, bukan pada hal hal kecil yang tidak ideal. Kakak juga berkomentar, "Setiap tempat pasti ada kelebihan dan kekurangannya, tapi yang penting kita bisa menikmati momen bersama." Ucapannya benar. Bahkan dengan semua keramaian dan tantangan yang kami hadapi, kami tetap merasa senang bisa menciptakan kenangan indah bersama keluarga di Ciater. Malam harinya, kami mengadakan barbeque kecil-kecilan di halaman vila. Udara dingin membuat api unggun dan aroma daging panggang terasa semakin nikmat. Kakak sibuk memotret momen-momen ini, sementara Bibi memasak jagung bakar untuk semua orang. Kami bercerita, tertawa, dan bernyanyi bersama. Kakek bercerita tentang masa mudanya, membuat kami semua terhibur. Adik yang biasanya pemalu, bahkan ikut menari kecil ketika lagu favoritnya diputar. Langit malam yang dipenuhi bintang menjadi saksi kebahagiaan keluarga kami. Hari berikutnya, sebelum pulang, kami sempat berkeliling area resort. Kami mencoba flying fox, memetik buah stroberi, dan membeli oleh-oleh khas Subang seperti nanas madu. Semua momen terasa begitu istimewa, terutama karena kami bisa menikmatinya bersama. Â
28 Desember adalah hari yang dinanti-nantikan oleh keluarga besar kami. Setelah lama disibukkan oleh rutinitas, kami akhirnya merencanakan liburan bersama ke Ciater Resort Taman Rekreasi Air Panas di Subang. Keluarga kami terdiri dari Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Bibi, Kakek, dan sepupu-sepupu yang selalu membawa keceriaan di setiap perjalanan. Kami berangkat pagi-pagi sekali. Udara dingin menyelimuti, tetapi semangat kami menghangatkan suasana. Ayah menyetir mobil dengan penuh konsentrasi, sementara Ibu sibuk mengatur logistik di bangku belakang. Kakak membawa kamera kesayangannya untuk mengabadikan momen, sementara Adik dan sepupu sibuk bermain tebak-tebakan sepanjang perjalanan. Kakek, meski sudah tidak muda lagi, tetap antusias menceritakan kisah masa mudanya di sela-sela tawa kami. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam dari Bandung, kami akhirnya tiba di Ciater. Udara segar khas pegunungan langsung menyambut kami. Sesampainya di sana, kami langsung terpukau oleh pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Kolam-Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H