Mohon tunggu...
doan aji prianto
doan aji prianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Hidup Tidak Biasa Sensen Septiadi: Hingga Membangun Bisnis

8 Desember 2024   09:23 Diperbarui: 8 Desember 2024   09:29 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Terbentuknya field to cup (Sumber:Instagram)

Sensen Septiadi lahir di Bandung pada tahun 1999, tepatnya pada bulan September tanggal 11. Saat ini, Sensen sedang merintis sebuah bisnis yang bergerak di bidang Food and Beverage (F&B). Momen kelahirannya sangat unik karena terjadi di saat yang tidak terduga. Sebelum melahirkan, orang tua Sensen sebenarnya memiliki rencana untuk pergi malam mingguan. Namun, ketika dalam perjalanan, ibunya tiba-tiba mengalami pecah ketuban. Situasi tersebut membuat mereka harus segera menuju rumah sakit, dan akhirnya lahirlah Sensen Septiadi pada hari itu juga.

Sensen merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ia berasal dari keluarga yang bisa dikatakan cukup mapan. Keluarga Sensen memiliki sebuah keunikan tersendiri, yaitu kesamaan hobi di antara seluruh anggota keluarganya. Mereka semua menyukai olahraga voli. Namun, Sensen memiliki ketertarikan yang berbeda dalam hal olahraga. Ia lebih menyukai futsal, yang menjadi hobi favoritnya sejak kecil. Selain itu, keluarganya juga memiliki kebiasaan yang sama dalam hal memancing. Setiap hari, ayah, ibu, dan saudara-saudaranya sangat menikmati waktu memancing bersama. Meski demikian, Sensen justru tidak memiliki minat terhadap aktivitas tersebut.

Ayah Sensen adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di PT Pindad. Namun, pada saat pandemi COVID-19 melanda, ayahnya memutuskan untuk pensiun. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang setia mengurus keluarga. Setelah ayah Sensen pensiun, kebutuhan finansial keluarga menjadi perhatian utama. Untuk itu, orang tuanya memutuskan memulai sebuah bisnis kecil-kecilan di bidang fashion anak-anak, seperti menjual baju anak-anak dan produk lainnya.

Sejak kecil, Sensen tidak pernah mendapatkan dukungan dari orang tuanya terkait hobinya bermain futsal. Ia harus berusaha sendiri untuk mengembangkan hobi tersebut tanpa bantuan orang tua. Bahkan, sering kali ia harus mencari cara agar orang tuanya tidak mengetahui bahwa ia bermain futsal. Ketika masih bersekolah di SD Negeri Karang Paulang 2, Buah Batu, Sensen pernah terpilih untuk bermain dalam pertandingan melawan sekolah lain. Namun, ia harus memberikan alasan kepada orang tuanya bahwa ia sedang melakukan kerja kelompok bersama teman-temannya agar diizinkan pergi. Dalam hal peralatan futsal, Sensen sering meminjam dari teman-temannya karena ia tidak memiliki perlengkapan sendiri.

Sensen dikenal sebagai anak yang sangat aktif dan penuh tingkah saat di sekolah dasar. Salah satu kejadian yang sangat diingat adalah ketika ia naik ke atap sekolah untuk mengambil bola yang tersangkut. Namun, genteng sekolah tersebut jebol akibat ulahnya. Hal ini membuat ia dimarahi oleh pihak sekolah dan juga orang tuanya. Meski begitu, orang tuanya tidak terlalu keras memarahinya, mungkin karena sudah memahami sifat anaknya yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.

Melihat tingkah lakunya yang cukup banyak, Sensen mulai berpikir tentang hal positif apa yang bisa ia tonjolkan dalam dirinya. Dari situlah muncul motivasi dalam dirinya untuk mencoba berbagai perlombaan, baik yang bersifat agama maupun akademik. Setelah memotivasi dirinya, Sensen akhirnya menjadi siswa yang cukup berprestasi. Ia sering kali masuk dalam tiga besar di kelasnya. Ketika menghadapi ujian nasional untuk masuk ke sekolah menengah pertama, ia berhasil mendapatkan skor yang cukup tinggi. Menurut Sensen, pencapaian tersebut tidak lepas dari perjuangannya untuk mengubah pandangan orang tuanya tentang dirinya yang awalnya dianggap hanya banyak tingkah menjadi anak yang berprestasi.

Ketika Sensen melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 30 Bandung, ia mengalami penurunan di berbagai aspek, baik dalam hal akademik maupun minat terhadap hobinya. Situasi ini sangat berbeda dibandingkan dengan saat ia bersekolah di SD. Selama SMP, tingkah lakunya yang aktif mulai berkurang, bahkan hobinya bermain futsal yang dulu sangat diperjuangkan juga mulai ditinggalkan. Penyebab utamanya adalah lingkungan sekolahnya yang tidak sesuai dengan ekspektasi awal. Sebelum masuk SMP, Sensen memiliki harapan tinggi terhadap lingkungan belajar yang baru, tetapi setelah masuk, ia merasa segalanya biasa saja. Hal ini membuatnya kehilangan motivasi dan mulai malas untuk beraktivitas.

Namun, di akhir masa SMP, Sensen menemukan hobi baru, yaitu bermain alat musik dan membentuk ketertarikan terhadap dunia band. Ketertarikannya ini membuat Sensen mulai berpikir lebih jauh tentang masa depan, khususnya saat memilih sekolah menengah atas (SMA) yang akan ia tempuh. Ia sempat merenungkan apakah ia mampu meningkatkan berbagai hal positif yang dulu sempat ia capai di masa SD. Sebab, masa SMP-nya dipenuhi rasa kecewa akibat tidak mampu menjaga prestasi dan motivasinya seperti dulu.

Selain itu, ia menghadapi tekanan dari orang tuanya yang mulai memberikan target untuk masa depannya, seperti lulus dengan nilai baik dan masuk ke perguruan tinggi melalui jalur undangan. Target ini menjadi beban tersendiri bagi Sensen, meskipun ia memahami bahwa hal tersebut bertujuan baik untuk masa depannya.

Saat memasuki jenjang SMA, Sensen diterima di SMAN 22 Bandung. Masa-masa SMA menjadi titik balik yang signifikan dalam hidupnya. Di SMA, ia mulai benar-benar menikmati kehidupan sekolah. Ia melanjutkan hobinya bermain musik dengan membuat sebuah band bersama teman-temannya. Sensen tidak hanya bernyanyi, tetapi juga bermain berbagai alat musik. Band yang ia bentuk kerap tampil di acara pentas seni sekolah dan menjadi salah satu pengalaman yang sangat berkesan baginya.

Selain itu, Sensen juga kembali aktif dalam hobinya bermain futsal. Ia berhasil mengikuti berbagai turnamen futsal antar sekolah, bahkan pernah meraih juara. Perjuangannya di dunia futsal tidaklah mudah. Sensen harus bersaing dengan banyak pemain lain yang memiliki dukungan penuh dari keluarga mereka, sementara ia menjalani segalanya dengan keterbatasan. Bahkan, ia sempat mendapatkan ejekan dan dibully karena dianggap kurang memiliki postur tubuh ideal untuk seorang pemain futsal. Namun, hal itu tidak mematahkan semangatnya. Ia terus berlatih dan membuktikan bahwa ia mampu meraih prestasi, bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun