Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Editor - nalar sehat N mawas diri jadi kata kunci

RidaMu Kutuju

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kisah Cap Lang Sepanjang Kenangan

5 November 2016   14:23 Diperbarui: 5 November 2016   15:06 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehangatandan Aroma jadi satu bersama Kayu Putih Aromatherapy 

Dua kenangan yang sekaligus juga aku anggap memiliki latar belakang dan nilai sejarah dalam perjalanan hidup saya adalah ketika aku melepaskan masa lajangku dan memulai hidup baru bersama istri saya, Sri Pandamyatie. Perempuan berwajah klasik kelahiran tahun 1950 di sebuah kota kabupaten di Jawa Tengah bagian utara ini aku kenal melalui keponakanku sebagai teman sekelas sesama perempuan di sebuah Sekolah Menengah Pertama di kota tersebut. Kami melangsungkan pernikahan pada minggu pertama bulan Januari 1974 di kota kelahiran pihak mempelai perempuan.

Kalau saja tidak ada peristiwa bersejarah yang melatarbelakangi saat pernikahan kami -- sekiranya Tuhan memberikan umur panjang tak lama lagi kami dapat merayakan peringatan “kawin emas”-- barangkali kami hanya dapat mengenang dan memperingati peristiwa indah itu sebagaimana orang-orang lain melakukan dan rasanya tidak sedalamyang kami rasakan. Karena beberapa hari seusai kami melangsungkan pernikahan, pada tanggal 15 Januari 1974 aku berangkat menuju terminal untuk mmboyong bersama istriku pulang kembali ke Jakarta dengan menggunakan busa malam. Namun niat tersebut terpaksa harus ditunda karena terbetik kabar bahwa di ibukota sedang terjadi kerusuhan massa dalam apa yang dikenal sebagai Peristiwa Malari dan oleh karenanya Jakarta dinyatakan ditutup bagi semua kendaraan yang akan masuk.

Dengan langkah guntai hari itu kami pun terpaksa kembali pulang ke rumah orang mertua dan menunda keberangkatan pada hari lain setelah Jakarta dinyatakan aman dan dibuka kembali. Inilah salah satu kenangan tak terlupakan yang menjadi kado pernikahan kami. Kenangan kedua sebenarnya belum bisa dikatakan kenangan karena kejadiannya masih berlangsung hingga detik dan hari ini. Tak lama berselang, tahun berikutnya yakni pada bulan Oktober 1975 anak pertama kami, laki-laki, lahir. Setelah satu tahun usia anak kami aku lihat istriku selalu mengoleskan minyak kayu putih Cap Lang setiap kali memandikannya.

Dan sejak saat itu aku lihat istriku selalu menyediakan minyak kayu putih Cap Lang yang disimpannya di atas buffet untuk melindungi anak kami dari gigitan nyamuk dan untuk keperluan kami sendiri bila sedang terkena sakit flu dan pilek. Kebiasaan itu dilakukannya hingga sekarang. Bahkan kebiasaan itu diajarkan dan diturunkan kepada kedua anak kami yang telah menghadiahkan kepada kami lima orang cucu.

Di samping itu, sebagai seorang ibu rumah tangga yang aktif sebagai Pengurus PKK Kelurahan dan Ketua Kader Posyandu di lingkungan kami tinggal sejak tahun 1980-an rupanya kebiasaan dan “ilmu” tentang minyak Telon Lang dan Cajuput Oil Cap Lang itu juga diperkenalkan dan ditularkan kepada para ibu yang hadir di Posyandu. Setidaknya dua minggu sekali dia mengikuti rapat koordinasi i kantor kelurahan, setiap kali itu pula tak pernah lupa ia selalu menggunakan Kayu Putih Aromatherapy  untuk menjaga agar penampilan  tampak tetap segar dan percaya diri, sehingga membuat teman-teman sekerjanya ingin memilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun