Mohon tunggu...
Adam
Adam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Berbahayanya TikTok: Ketika Hiburan Berubah Menjadi Ancaman

9 Januari 2025   11:08 Diperbarui: 9 Januari 2025   11:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Charles Smith (Sumber: TikTok/wolfiekahletti

Di era digital yang serba cepat ini, TikTok telah menjadi fenomena global yang tak terbendung. Aplikasi berbagi video pendek ini telah mengubah cara kita mengonsumsi konten dan berinteraksi di dunia maya. Namun, di balik kesuksesan dan popularitasnya yang luar biasa, TikTok menyimpan berbagai bahaya yang perlu kita waspadai.

Dampak Psikologis dan Kecanduan

TikTok berbahaya bukan hanya sekadar ungkapan belaka. Platform ini dirancang dengan algoritma yang sangat canggih untuk membuat penggunanya terus-menerus mengonsumsi konten. Seperti mesin slot di kasino, fitur "scroll" tanpa henti menciptakan dopamin loop yang membuat pengguna sulit melepaskan diri. Akibatnya, banyak pengguna, terutama generasi muda, menghabiskan berjam-jam waktunya hanya untuk menonton video pendek yang sebenarnya tidak terlalu bermakna.

Banyak orang bahkan menyebut TikTok sebagai sosial media "orang bodoh" karena kemampuannya menurunkan rentang perhatian penggunanya. Konten yang singkat dan cepat berganti membuat otak terbiasa dengan stimulus instan, sehingga sulit berkonsentrasi pada aktivitas yang membutuhkan fokus lebih lama.

Pertumbuhan Bermata Dua: Antara Kreativitas dan Destruktivitas

Tidak bisa dipungkiri bahwa TikTok telah membuka ruang kreativitas bagi banyak orang. Platform ini memungkinkan siapa saja menjadi content creator dan bahkan menghasilkan pendapatan. Namun, pertumbuhan bermata dua ini juga membawa sisi gelap. Demi mendapatkan views dan followers, banyak pengguna rela melakukan hal-hal berbahaya atau menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi.

Sebagai contoh, seorang pengguna TikTok bernama Charles Smith, yang dikenal sebagai "Wolfie Kahletti," ditangkap setelah merekam dirinya menyemprotkan pestisida pada produk makanan di sebuah toko Walmart di Mesa, Arizona. Dalam video yang diunggah ke TikTok, Smith terlihat menyemprotkan pestisida pada sayuran, buah-buahan, dan ayam panggang hanya demi konten. Aksi ini tidak hanya merugikan pihak toko yang harus membuang semua produk terkontaminasi, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat. Smith akhirnya ditangkap dan didakwa dengan kejahatan serius, termasuk memperkenalkan racun ke makanan. Contoh ini menggambarkan bagaimana obsesi terhadap popularitas di media sosial dapat mendorong perilaku destruktif yang tidak bertanggung jawab.

Mesin Propaganda dan Manipulasi Informasi

TikTok juga telah berkembang menjadi mesin propaganda yang efektif. Algoritma yang digunakan dapat dengan mudah menciptakan echo chamber, di mana pengguna hanya terpapar pada konten-konten yang sesuai dengan preferensi mereka. Hal ini dapat memperkuat bias dan memperburuk polarisasi di masyarakat.

Konsiderasi moderasi konten di TikTok masih menjadi perdebatan. Meskipun platform ini memiliki kebijakan moderasi, implementasinya seringkali tidak konsisten dan kurang efektif. Banyak konten berbahaya yang tetap dapat beredar dengan bebas, sementara konten edukatif terkadang justru terkena pembatasan.

TikTok dan Normalisasi Tindakan Tidak Etis

Foto komentar TikTok (Sumber: TikTok/tvoneofficial)
Foto komentar TikTok (Sumber: TikTok/tvoneofficial)

Fenomena lain yang cukup mengkhawatirkan adalah bagaimana TikTok dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tindakan tidak etis. Salah satu contohnya adalah aksi seorang driver ojek online di Makassar yang menguras uang di ATM menggunakan PIN berdasarkan tanggal lahir yang tercantum di KTP korban. Aksi ini direkam dan menjadi viral di TikTok, bahkan mendapatkan dukungan dari beberapa netizen. Mereka menganggap aksi tersebut cerdik dan menyalahkan korban karena menggunakan PIN yang mudah ditebak.

Fenomena ini menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya menjadi platform hiburan, tetapi juga dapat membentuk opini publik, bahkan mendukung perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau hukum. Hal ini semakin menegaskan perlunya literasi digital untuk mengedukasi pengguna agar lebih bijak dalam mengonsumsi konten.

Bagaimana TikTok Mengubah Satu Generasi Bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun