Mohon tunggu...
Dnadyaksa Tirtapavitra
Dnadyaksa Tirtapavitra Mohon Tunggu... Jurnalis Independen -

daydreamer, onlinewalking, opportunist, sometimes tricky...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lumajang Berbudaya?

21 Desember 2015   09:56 Diperbarui: 21 Desember 2015   11:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salut atas Pemerintah Kabupaten Lumajang yang ingin menghibur warganya yang sebagian masih bingung cari makan, dengan menghelat karnaval dimana warga berbondong-bondong melihat ratusan manusia berlenggak-lenggok menari di atas catwalk sepanjang sekian kilometer. barangkali dengan begitu diharapkan masyarakat lumajang akan makin bangga dengan kotanya, "wah, kuthoku dadi rame rek! dadi apik saiki!"

Dengan 'sekian rupiah' yang dikeluarkan Pemkab untuk acara-acara besar pariwisata sepanjang hari jadinya ini, kira-kira ada target 'berapa rupiah' yang bisa dihasilkan oleh sektor kepariwisataan di Lumajang? Berapa wisatawan domestik maupun internasional yang diharapkan masuk ke Lumajang tahun-tahun ke depan? Lalu bagaimana sarana prasarananya? Apa cukup memadai? Bagaimana sistem pengelolaannya? Apa bisa dijadikan syarat sebagai destinasi wisata dengan pelayanan memuaskan? Itu jika target serangkaian agenda pariwisata sebulan ini menyasar wisatawan dari luar agar datang ke Lumajang.

Jika tujuannya untuk sekedar menghibur warga, apa tak sebaiknya memikirkan bagaimana agar sektor pariwisata di desa-desa bisa dioptimalkan dengan pendampingan yang efektif? Dengan konsep yang jelas, bukan sekedar memberi penyuluhan belaka, yang kesannya hanya sekedar turunan instruksi dari pusat, lucu saja mendengar beberapa rekan yang mengikuti diklat pemandu wisata beberapa bulan kemarin yang dengan polosnya bilang, "lah diajari pelayanan ala hotel e, opo yo mben deso kate dibangun hotel ngunu tah?"

Atau memang tujuan beberapa agenda "keren" ini agar anak-anak mudanya mau kembali meski cuma beberapa hari di Lumajang, untuk sekedar berfoto dengan hashtag tertentu, agar nama Lumajang jadi populer? inikah Lumajang Berbudaya? Budaya pop kultur yang berkostum seolah budaya anak negeri? Dimana budaya itu sendiri dinilai dari rangkaian acara, banyaknya patung dan aksesoris penghias kota. sementara lupa dengan budaya "pakewuh"sampai-sampai ada pasien rumah sakit yang terpaksa berjalan kaki dari Jalan Veteran ke RS. Haryoto karena akses jalan tertutup, lupa ada banyak tenaga medis yang kebingungan di dalam sana, takut sewaktu-waktu terjadi apa-apa sementara jalanan terkepung massa yang ingin melihat karnaval.

Kalau ingin sekedar populer, itu sekalian wartawan lokal, nasional sampai internasional diundang sekalian, suruh bikin berita yang bagus tentang Lumajang, undang juga pemerhati wisata, asosiasi-asosiasi, praktisi, akademisi, kalau perlu bikin seminar dimana semua elemen masyarakat terlibat untuk berdialog, "ben gak salah paham" kalau kata orang.

Oh ya, pemuda-pemudi Lumajang, setelah mereka tahu Lumajang lebih rame seperti ini, makin bagus dengan aksesoris-aksesoris kota yang baru dibangun, kira-kira mereka mau tidak? Kembali ke Lumajang dan membangun daerahnya? Ini memang sekedar kritik, bukan penulis tak suka melihat kemajuan di kotanya, tapi alangkah lebih baiknya jika setiap program yang ingin dijalankan oleh pemerintah tak sekedar asal bikin program, pertimbangkan juga segala aspek, agar pembangunan di kota ini bisa efektif.

[caption caption="Keluhan masyarakat terganggunya akses rumah sakit"][/caption] [caption caption="Kicauan fecebook pada karnaval budaya Hari Jadi Lumajang"]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun