Mohon tunggu...
Dewi Nurita Piliang
Dewi Nurita Piliang Mohon Tunggu... Guru - Simple

hanya sekelumit debu yang berusaha menjadi berguna ll Dreamer, Writer, Vounteer, Teacher. ll Pemimpi yang gila juga penggila kata ll

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Agama Warisan dan Menjadi "Ahli Waris" yang Baik

3 Juni 2017   12:58 Diperbarui: 27 Juni 2019   01:38 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam itu kami berbicara tentang tuhan, agama, dan budaya yang “disakralkan” menjadi agama. Diskusi hangat terjadi. Kami berusaha menanggalkan pakaian, supaya telanjang. Namun kami masih berada dalam keramaian, jadi urung melakukan. Alhasil, kami tetap berpakaian. Separuh compang-camping. Duduk sambil minum es krim. Agar sedikit dingin. Bicara tuhan, agama, dan budaya yang membalutnya, yang kerap mengaburkan kemurniannya.

Sebelumnya,  beberapa temanku pernah mengaku sedang mencari tuhan-NYA. Mereka mengikuti beberapa agama untuk menemukan jalan bertemu tuhan, mempelajari kitab-kitab untuk meyakini hatinya. Mungkin ingin seperti  PK dalam film India, walau tidak sebegitunya.

Ada yang belum mengerti dengan agama yang dianutnya. Siapa itu Tuhan? Benarkah Tuhan yang menciptakan manusia ? Atau justru manusia yang 'menciptakan' Tuhan?

Mampukah manusia menggapai Tuhan dengan nalar dan pikirannya yang pendek?

Seorang kawanku juga ada yang sedang memandang kagum terhadap kaum agnostik yang notabene lebih berbudaya ketimbang yang mengaku beragama. Di sisi lain juga penuh kritik terhadap budaya yang membalut agama. Akhirnya perlahan-lahan beliau meninggalkan rutinitas beragama. Lebih tenang katanya.

Dan kami masih bergelut pada pertanyaan, pernahkah kamu sulit membedakan mana yang ajaran agama dan mana yang budaya? Mana yang kamu ikuti? Mana yang benar? Mungkinkah  ini efek dari menganut “Agama warisan” ? Seperti ungkapan Adik Afi Nihaya yang sekarang sedang booming di media massa.

Ah, agama warisan. Aku pernah disyahadatkan kembali karena tidak bisa menjelaskan bagaimana aku bisa menerima warisanku. Akhirnya aku belajar.  Agar menjadi ahli waris yang baik. Ternyata belajar tidak bisa hanya membaca buku. Aku harus mendalami kitabku. Iqra’  harus dengan bismirabbika. Karena  dulu kata guruku, buku bukanlah wahyu.  

Bagaimana menurutmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun