Mohon tunggu...
DC Kotten
DC Kotten Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menilik Situs Pemakaman Ki Ageng Wonokusumo di Desa Cukilan, Kecamatan Suruh

8 April 2022   21:27 Diperbarui: 8 April 2022   21:28 2290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Sepi, teduh, dan asri merupakan kesan pertama pada saat mengunjungi area wisata religi makam Ki Ageng Wonokusumo yang terletak di Dusun Krajan 2, Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. lokasi wisata religi ini bisa ditempuh dengan perjalanan sekitar 27 menit dari alun-alun Kota Salatiga.

Pada area makam, terdiri dari sebuah makam utama dan empat buah makam kecil yang terletak di bagian depan dan belakang makam utama. Di sekitar area makam juga terdapat sebuah sendang (sumber mata air) yang dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mandi dan mencuci.

Dikisahkan, Ki Ageng Cukil Wonokusumo merupakan seorang tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari Tuluh Watu, Magelang, Jawa Tengah. Pada waktu kecil, beliau bernama Cukil. Sejak kecil, Ki Ageng Cukil Wonokusumo gemar mempelajari ilmu-ilmu agama, ilmu peperangan dan ilmu kanuragan. Setelah menginjak remaja, Ki Ageng Cukil Wonokusumo menjadi abdi dalem prajurit di Kerajaan Yogyakarta, dan mendapatkan nama tambahan Wanakusumo, maka dari itu namanya menjadi Ki Ageng Cukil Wanakusumo.

Makam Ki Ageng Wonokusumo, hingga saat ini masih banyak dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, hal ini dikarenakan makam tersebut dianggap keramat. Hal disebabkan, tokoh utama yang dimakamkan merupakan seorang penyebar Agama Islam. Pada umumnya mereka datang untuk berziarah dan mendoakan arwah Ki Ageng dapat diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Saat memasuki bulan Safar (bulan dalam kalender Islam), masyarakat Desa Cukilan disibukkan dengan berbagai persiapan guna melaksanakan tradisi Saparan yang dilaksanakan selama 2 hari tepatnya pada hari Kamis Pon dan Jumat Wage. Dimana tradisi Saparan ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Desa Cukilan, namun juga diikuti banyak warga dari berbagai daerah diluar Desa Cukilan. Bagi penduduk Desa Cukilan, tradisi Saparan ini bertujuan untuk tilik kubur terhadap keluarga yang dihormatinya seperti orang tua, kakek nenek, anak ataupun saudara yang telah meninggal dunia. Namun disisi lain, tradisi saparan juga bermakna sebagai upacara selamatan terhadap tokoh masyarakat Desa Cukilan yaitu Ki Ageng Wonokusumo, dimana Ki Ageng Wonokusumo merupakan orang pertama yang tinggal di Desa Cukilan, Kecamatan Suruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun