Mohon tunggu...
Aziz Primadi
Aziz Primadi Mohon Tunggu... -

Hidup tak selebar daun kelor

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Warisan Pemilu 2014

18 November 2014   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:29 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti masih ingat dengan Pemilu tahun 2014. Sebuah Pemilu guna melanjutkan demokrasi Indonesia untuk menuju arah yang lebih baik.Selama ini Pemilu memang menjadi sebuah pesta demokrasi bagi rakyat indonesia. Setiap rakyat berharap datangnya Pemilu selanjutnya sebagai perbaikan berbagai kebijakan yang akan diberikan Pemeritah bagi kelangsungan hidup mereka. Mereka tidak minta yang muluk-muluk,mereka cuma minta bisa makan secukupnya, bisa menyekolahkan anaknya dan terjamin kesehatanya. Pada intinya mereka cuma minta kebutuhanya tercukupi dan tidak kekurangan,itu saja.

Jika berbicara tentang warisan pemilu tentunya semua pasti tahu tentang pertelevisian Indonesia yang terdapat adanya dua blok atau juga dua kubu.dua kubu ini saling menjatuhkan satu sama lain di media elektronik.saling sikut,saling gigit seperti yang terdapat dalam lagu kong kali kong Tony Q Rastafara. Semua rakyat bosan dengan tingkah para pemimpin ini yang habis dipilih untuk melenjutkan kebijakan ke lebih baik malah saling menjatuhkan seperti anak kecil yang belum bisa berfikir.

Warisan yang kedua adalah adanya kebiasaan anggota DPR yang tetap seperti gaya lamanya. Saling tuduh-menuduh ketika sidang paripurna, bahkan gelutan di dalam ruangan. Yang menjadi lebih seru ada yang membanting meja. Apakah seperti ini sosok pemimpin pilihan rakyat. Apakah seperti ini sosok pilihan yang di tunjuk rakyat sebagai penyambung aspirasi rakyat kepada pemerintah, apakah sosok seperti ini yang dibela rakyat mati-matian dalam kampanye, apakah seperti ini sosok yang akan mewujudkan aspirasi masyarakat guna mewujudkan ketentraman warga negara Indonesia. Apakah sosok seperti ini yang disebut Dewan Perwakilan, Majelis Permusyawaratan dan Presiden dll, yang di impikan masyarakat. Tuntunya semua itu bukan wujudtan seorang Pemimpin. Kami sebagai rakyat hanya bisa melihat semua kejadian itu. Mungkin sebuah lagu seperti ini cocok untuk mereka para pemimpin yang hanya berjuang untuk memperebutkan kekuasaan. Engkau masih seperti yang dulu.

Warisan yang ketiga adalah naiknya harga BBM yang semula bensin Rp: 6.500,00 menjadi Rp: 8.500,00, solar 5.500 menjadi Rp: 7.500. Apakah ini yang disebut sebuah kebijakan? Ini sebuah rampasan bukan sebuah kebijakan. Semua itu bisa dikatakan sebuah kebijakan jika dalam penggunaan BBM dibedakan antara kelas atas dan kelas bawah, mobil mewah dan kapal nelayan, sebuah perusahaan dan buruh bangunan, seorang menteri dan petani, seorang advokat hebat dengan pemulung dll. Jika semua tidak dibedakan sama saja kebijakan itu seperti sebuah kanker yang menggerogoti rakyat sampai menderita sedangkan para orang kaya tertawa-tawa seperti kuntilanak.

Sebuah lagu dari Tony Q Rastafara cocok untuk mereka para Mafia Kekuasaan.

KONG KALI KONG

Diputar diputar putarKong kali kong kong kali kong

Diputar diputar putar Kong kali kong kong kali kong

Cokot-cokotan cokot-cokotanSaling tuduh saling gigit

Cokot-cokotan cokot-cokotansaling caplok

Semakin bosan kita dibuatnya

Biar lupa akar masalahnya

Terombang-ambing terombang-ambingMasyarakat terombang-ambing

Melihat kenyataan tingkah Para pemimpin

Yang telah disumpahUntuk menjadi pemimpin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun