- .........................................droha..........
- bhakti tatwȃr..........wa diyȃku dń.............
- ....nuhya sumpah. ini.....kadȃcit ya......
Terjemahannya:
- .......................................pemberontak..........
- mereka sungguh berbakti padaku dengan.........
- mereka dibunuh oleh sumpah. di......setiap kali mereka....
Demikianlah cuplikan tiga baris isi prasasti batu yang ditemukan di dekat Pelabuhan Boom Baru, Palembang, pada Mei 1992. Prasasti persumpahan ini berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya, ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Keadaan prasasti sudah rusak. Bagian atasnya pun sudah hilang. Meskipun demikian, tulisan sebanyak 11 baris itu masih terbaca sebagian. Pembacaan prasasti dilakukan oleh Edhie Wurjantoro, yang ketika itu masih menjadi staf pengajar di Jurusan Arkeologi UI, pada Juli 1992.
Di luar Jawa, Sumatera memang menjadi gudangnya temuan prasasti. Ada yang relatif utuh, ada pula yang sudah rusak seperti prasasti Boom Baru itu. Namun temuan prasasti terbanyak tentu saja masih didominasi Jawa, pada masa yang disebut Jawa Kuno.
Dari hasil analisis para epigraf, diketahui prasasti-prasasti itu berasal dari abad ke-8 hingga ke-15 Masehi. Ketika itu sejumlah kerajaan seperti Mataram, Singhasari, Kadiri, dan Majapahit mengalami masa kejayaan.
Selain prasasti batu (gopala prasasti), bentuk lain berupa prasasti logam (tamra prasasti). Prasasti umumnya berisi perintah raja yang dituliskan pada bahan yang awet. Dengan demikian, perintah sang raja itu tidak mudah hilang ditelan waktu.
Tempat Terpencil
Lokasi penemuan prasasti batu sering kali adalah tempat-tempat terpencil, seperti di tengah hutan, persawahan, lereng gunung, dan permukiman. Karena itu kondisi prasasti batu belum tentu bagus. Ada yang terkubur, ada pula yang aus diterpa panas, angin, dan hujan selama bertahun-tahun.
Keadaan cukup baik dijumpai pada prasasti logam. Karena bentuknya relatif kecil, maka prasasti logam mudah disimpan. Selain itu hurufnya menjadi tidak mudah rusak atau aus.