Seorang teman mengirim WA ke saya. “Besok datang yah ke acara Hanjaba (Hari Anak Jakarta Membaca) sekaligus mengikuti Wisata Balai Kota,” katanya. Puncak acara Hanjaba berlangsung di Gedung Agung Balai Kota, Sabtu, 17 September 2016 mulai pukul 09.00. Acara dilengkapi dengan pameran filateli yang bertema Jakarta.
Saya datang pagi sekitar pukul 08.00. Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke sana sebelum era Pak Ahok, Gubernur DKI sekarang. Namun kali ini suasananya lain. Pada awal September 2016 lalu saya sempat diterima Pak Ahok bersama rombongan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI Jakarta. Ketika itu saya diundang sebagai juara pertama lomba menulis kearsipan yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Namun saat itu saya tidak sempat berkeliling ruangan, mungkin karena hari kerja yah.
Kami, sekitar 30 orang, merupakan rombongan terakhir. Ruangan pertama yang kami masuki adalah ruang tunggu tamu-tamu gubernur. Ada beberapa meja kursi di sana, dilengkapi beberapa furnitur. Banyak peserta foto-foto di sana, termasuk swafoto. Yah, mumpung ada di sana, kapan lagi bisa ke balai kota.
Sayang ruang kerja gubernur tidak dibuka. “Hanya ruangan ini yang dikunci,” kata Pak Hari, seorang protokol di sana. Nama-nama ruangan jelas ditulis di bagian luar. Di sebelah ruang tamu dan ruang kerja yang berseberangan, terletak ruangan yang berisi foto-foto gubernur yang pernah menjabat di DKI Jakarta. Ketika itu saya berfoto bersama Pak Ahok di sini.
Sebelum menaiki tangga menuju Aula Gedung Agung, terpajang foto sejarah balai kota dan foto Pak Ahok bersama Pak Djarot. Pengunjung sering berfoto di samping Pak Ahok dan Pak Djarot. BPAD membuka gerai kecil di sini, memperlihatkan upaya konservasi arsip kertas. Juga info tentang Jakarta Digital Library yang dikenal dengan nama i-Jakarta. Aplikasi ini merupakan cara mudah dan menyenangkan membaca eBook. Ruangan untuk rapat pimpinan ikut diperlihatkan. Para pengunjung bebas duduk di sini sambil foto-foto tentunya.
Pada awalnya, para pemenang lomba, juara 1-3 pada setiap mata lomba di tiap-tiap wilayah kotamadya/kabupaten, dibawa dan diadu lagi di tingkat provinsi untuk menentukan juara tingkat provinsi. Lomba yang diselenggarakan adalah:
- Lomba Mewarnai Sampul Buku (untuk peserta anak tingkat SD usia 7-12 tahun),
- Lomba Membuat Komik (untuk anak usia SMP),
- Lomba Menulis Resensi Buku (untuk anak usia SMA),
- Lomba Membuat Konten Blog (untuk masyarakat umum dan mahasiswa),
- Lomba Tambahan (ditentukan oleh Kantor Perpustakaan Arsip Kota/KPAK di wilayah masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan).
Hanjaba merupakan contoh perhelatan akbar namun sederhana dari pesta literasi anak tingkat kota/kabupaten dan provinsi yang konsisten digelar sebagai salah satu upaya menyemai tradisi berliterasi anak, khususnya anak Jakarta, dan masyarakat Jakarta pada umumnya. Model perhelatan tahunan literasi anak seperti Hanjaba ini tentu saja patut dicontoh oleh banyak provinsi atau kota/kabupaten lainnya di Indonesia.
Sebelum pemberian hadiah, Pak Ahok memberikan sambutan. Kepada anak-anak Pak Ahok bercerita soal pengalamannya mengunjungi AS tahun 2008. Ia sempat berdebat dengan senator di sana. Ternyata, kunci utama pengetahuannya, adalah sering membaca.