Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dialog Film di Museum Nasional, B.J. Habibie dan Raditya Dika Jadi Bintang

26 Maret 2017   14:41 Diperbarui: 26 Maret 2017   14:47 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog sesi pertama (Foto-foto: Djulianto Susantio)


Jumat lalu saya menerima undangan Dialog Perfilman Indonesia. Acara ini diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Perfilman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Museum Nasional, pada 25 Maret 2017. Tema dialog adalah Layarkan Ragam Indonesia. Menurut seorang panitia, acara ini sebagai rangkaian dari peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret.  

Dialog diselenggarakan dalam dua sesi. Sesi pertama bertema Layarkan Ragam Indonesia. Tampil sebagai pembicara B.J. Habibie (mantan presiden), Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan), Najeela Shihab (pendiri Sinedu dan aktivis pendidikan), dan Irfan Ramli (penulis skenario).

Poster acara (Kemdikbud)
Poster acara (Kemdikbud)
Habibie bercerita pada awalnya beliau tertarik teknologi, bukan film. Sebagaimana kita tahu, Habibie dikenal sebagai pelopor industri penerbangan di Indonesia. Baru pada masa tuanya kisah hidup Habibie difilmkan dengan judul Habibie & Ainun dan kemudian Rudy. Ainun adalah isteri Habibie, sementara Rudy adalah panggilan akrab Habibie.

Kata Habibie, untuk membuat film yang baik harus ada sinergi antara budaya, agama, dan ilmu pengetahuan. Dan kunci utama, menurut Habibie, ada pada budaya. “Saya tidak menulis buku tentang cinta. Tapi hidup saya penuh dengan nilai-nilai cinta,” kata Habibie.

Seusai Habibie, Najeela berbicara. Ia telah berkecimpung di dunia pendidikan selama 20 tahun. Menurut pandangannya dunia pendidikan Indonesia sangat terbatas. Untuk itu membutuhkan dukungan dari dunia yang lain. Najeela kemudian mendirikan sinema edukasi yang disingkat sinedu. Kehadiran sinedu lewat layar komputer disambut baik oleh para guru.

Lain lagi yang dikemukakan Irfan. Pengalaman berharganya adalah ketika mengalami konflik di Ambon. Waktu itu ia duduk di kelas enam. Irfan sempat ikut mengungsi ke atas bukit.

Pembicara terakhir pada sesi pertama adalah Hilmar Farid. Salah satu program di Ditjen Kebudayaan, katanya, antara lain membawa sastra ke ruang kelas. Namanya Pusaka Indonesia, yakni karya sastra yang menurut penilaian merupakan bacaan yang semestinya, akan diperkenalkan kepada para siswa.

Dialog sesi kedua
Dialog sesi kedua
Sesi kedua juga menampilkan empat narasumber, yakni Angga D. Sasongko (sutradara), Raditya Dika (sutradara/penulis skenario), Salman Aristo (penulis skenario dan produser), dan Chand Parvez (produser).

Mereka berbicara berbagai masalah, seperti karya sastra yang difilmkan. Ada perbedaan antara karya sastra dan film, kata mereka, mengingat beberapa bagian dari karya sastra perlu divisualkan. Cerita tentang film yang bagus dan film yang laku dipasaran juga diungkapkan. Ibaratnya orang yang pintar dan orang yang ganteng, merupakan dua hal yang sulit disandingkan. Begitu juga dengan film box office dan film festival. Pada dasarnya, menurut mereka, mereka cuma membuat film. Soal film yang laku dan film yang bagus itu urusan pasar atau penonton.

Kalau pada sesi pertama Habibie menjadi bintang, pada sesi kedua Raditya Dika yang menjadi bintang. Jawabannya yang serius dan tidak serius hampir selalu membuat peserta dialog tertawa. Maklum, Raditya juga menjadi bintang stand up comedy. Bahkan beberapa karyanya yang bisa disaksikan di layar televisi memang bernada humor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun