Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menulis di Majalah Intisari

30 Desember 2024   07:42 Diperbarui: 30 Desember 2024   07:42 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan saya tentang museum di majalah Intisari (Dokpri)

Menurut pengalaman saya, gaya bahasa setiap media cetak selalu berbeda. Kalau sering menulis di koran Kompas, belum tentu kita bisa menembus majalah Intisari. Ini contoh kecil saja. Belum lagi kalau menulis di media-media lain, termasuk media daring.

Buat yang baru pertama kali menulis tentu merasa kesulitan kalau harus menulis di media A, B, C, dst. Kita perlu menyesuaikan gaya bahasa setiap media.

Saya pun waktu pertama kali menulis mengalami keadaan seperti itu. Saya menulis pertama kali di majalah Intisari. Gaya bahasanya ringan, seperti bertutur atau story telling. Intisari sering menerima tulisan yang bersifat ilmiah populer.

Tulisan saya tentang sidik jari di majalah Intisari (Dokpri) 
Tulisan saya tentang sidik jari di majalah Intisari (Dokpri) 

Arkeologi dan museum

Karena majalah bulanan, jadi agak lama kita harus menunggu. Namun bila tulisan kita ditolak, maka tulisan kita akan dikembalikan. Biasanya saya menunggu sekitar tiga bulan. Namun tulisan tersebut tidak basi karena bukan bersifat berita. Ever green, begitu istilahnya.

Ada beragam tema yang saya tulis di Intisari. Yang utama tentu saja tentang arkeologi dan museum sebagaimana pendidikan saya. Selain itu saya pun menulis tentang astrologi, palmistri, feng shui, numismatik, sejarah, dan bahasa. Banyak tulisan yang sudah dimuat Intisari dan juga media-media lain, saya masukkan ke dalam blog pribadi saya https://hurahura.wordpress.com. Tentu dengan menyebutkan sumbernya.

Setelah mampu menulis di Intisari, saya coba menulis di Kompas. Ternyata beberapa kali ditolak. Saya pikir ini masalah gaya bahasa saja. Tulisan yang ditolak itu kemudian saya perbaiki. Satu bulan kemudian saya kirim kembali ke Kompas. Eh berhasil dimuat. Dari situlah saya paham bahwa setiap media memiliki gaya bahasa berbeda.

Majalah Intisari dan majalah Mind, Body & Soul (Dokpri) 
Majalah Intisari dan majalah Mind, Body & Soul (Dokpri) 

Majalah Mind, Body & Soul

Ada kelebihan kalau kita menulis di Intisari dibandingkan Kompas. Intisari bisa memuat lebih dari satu foto yang kita kirim. Malah bisa empat foto. Sebaliknya di Kompas paling satu foto yang dimuat. Hanya tulisan di rubrik Opini yang tidak memerlukan foto.

Kalau tulisan kita dimuat di Intisari, redaksi selalu mengirimkan satu eksemplar majalah yang memuat tulisan kita. Biasanya majalah ekstra itu saya berikan kepada kerabat atau teman. Maklum saya sudah berlangganan Intisari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun