Arca-arca kuno Indonesia rupanya menarik perhatian bangsa-bangsa asing, terutama bangsa Belanda. Banyak arca itu berasal dari candi, terutama candi Singhasari di Jawa Timur.
Pada 1970-an arca Prajnaparamita dikembalikan ke tanah air. Selanjutnya pada 2023 dan 2024 dikembalikan lagi lebih banyak arca.
Arca-arca batu itu kemudian dipamerkan pada akhir 2023 di Galeri Nasional Indonesia. Waktu itu Museum Nasional Indonesia masih ditutup karena terkena bencana kebakaran.
Arca-arca batu yang dikembalikan berukuran besar dan berat. Bayangkan keterampilan seniman-seniman Nusantara pada masa lalu. Ukirannya indah sehingga sering disebut gaya seni Singhasari.
Pada 11 Oktober 2024 lalu saya mendapat undangan untuk mengunjungi Museum Nasional Indonesia. Ada beberapa topik pameran di sana. Selain Pameran Repatriasi, ada Pameran Pasca Kebakaran.
Arca Brahma
Dari sejumlah arca batu, arca Brahma menarik dibahas untuk publik. Tentu kita masih ingat pelajaran di sekolah tentang dewa Trimurti, yakni tiga dewa tertinggi dalam Hindu.
Ketiga dewa Trimurti itu adalah Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan Siwa (dewa perusak alam semesta).
Namun Brahma tidak sepopuler Wisnu dan Siwa karena tugas Brahma sebagai pencipta dianggap sudah selesai.
Maka pemujaan umat Hindu lebih dititikberatkan pada Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam semesta dan Siwa sebagai perusak alam semesta. Akibatnya muncul dua aliran besar, yakni aliran Wisnuis atau Waisnawa (pemuja Wisnu) dan Siwais atau Saiwa (pemuja Siwa).