Pada 1986 saya mulai menjadi anggota Perhimpunan Penggemar Koleksi Mata Uang (PPKMU). Biasanya PPKMU menyelenggarakan acara rutin dua bulanan berupa arisan koleksi. Pada acara itu setiap anggota yang hadir bisa membeli koleksi secara lelang atau bisa membeli langsung pada sesama kolektor. Biasanya kolektor akan menjual koleksinya yang berlebih, tentu untuk mendapatkan koleksi lain yang ia belum punya. Bisa pula membeli kepada pedagang uang lama, yang banyak menjadi anggota PPKMU.
Selain pada acara PPKMU, penggemar uang lama bisa membeli pada pameran. Dulu PPKMU pernah beberapa kali menyelenggarakan pameran mata uang. Selanjutnya pada 1990-an PPKMU menyelenggarakan lelang tertulis.
Ketika itu mencari koleksi mata uang, baik uang kertas maupun uang logam (koin) memang relatif sulit. Tempat-tempat yang sering didatangi umumnya pedagang barang antik atau pedagang loakan. Mereka kadang-kadang memiliki koleksi mata uang yang siap dijual.
Masa itu, pedagang mata uang juga ada di beberapa sentra perdagangan. Di Jakarta, pedagang kelas kaki lima ada di kawasan Pasar Baru. Di kawasan Pasar Baru juga ada toko-toko filateli yang juga menjual koleksi mata uang, termasuk di depan kantor pos Pasar Baru. Di Gedung Filateli, misalnya, setiap akhir pekan ramai pedagang filateli. Beberapa di antara mereka bahkan menjual koleksi mata uang.
Internet
Dunia numismatik Indonesia mulai dikenal secara luas ketika muncul dunia internet. Banyak koleksi mata uang ditawarkan lewat blog pribadi atau website. Saat pertama, website bernama kaskus cukup populer. Website ini menyajikan jual beli berbagai jenis barang, termasuk benda-benda koleksi.
Dunia numismatik semakin marak ketika muncul marketplace dan media sosial. Banyak pedagang numismatik memanfaatkan teknologi digital seperti ini. Coba saja tik "koin 1 cent nederlandsch-indie" pada mesin pencari. Pasti akan muncul berbagai lapak dengan berbagai harga untuk uang yang sama. Harga memang bervariasi, biasanya tergantung grade atau kondisi koleksi.
Pastikan Anda memilih pedagang yang tepat, artinya ybs mengetahui numismatik. Soalnya banyak masyarakat awam yang tidak mengerti numismatik, menawarkan koleksi dengan harga mahal atau di luar kewajaran. Tentu saja mereka hanya ikut-ikutan masyarakat lain yang menawarkan koleksi akibat percaya berita hoax.
Media sosial
Sejak 2010-an banyak pedagang atau kolektor memanfaatkan berbagai media sosial untuk melakukan transaksi. Media yang paling populer adalah Facebook. Banyak pedagang menawarkan koleksi secara eceran atau borongan. Ada yang bertransaksi langsung dan ada juga yang menyelenggarakan lelang. Â
Di media sosial, ada pedagang kelas bawah hingga kelas atas. Perlu diketahui, banyak koleksi berharga relatif terjangkau, dari ribuan rupiah hingga puluhan ribu rupiah sekeping atau selembar. Pedagang numismatik sering kali mencantumkan kondisi koleksi. Harga-harga tersebut belum termasuk ongkos kirim.
Harga yang cukup tinggi biasanya untuk koleksi yang unik dan langka, termasuk yang sudah disertifikasi atau di-grading. Koleksi yang sudah di-grading bisa terlihat dari angka yang diberikan oleh tim penilai. Angka-angka yang dikenal sebagai skala Sheldon itu dimulai dari 1 hingga 70. Semakin tinggi angka yang diperoleh, maka kondisi koleksi semakin bagus.
Saya sendiri pernah membeli secara nonlelang. Karena berjumlah banyak tentu berharga relatif murah. Maklum koleksi-koleksi itu saya gunakan untuk memberi edukasi numismatik kepada para pelajar dan pramuka. Mereka saya berikan secara gratis kalau saya hadir pada acara museum.
Pernah beberapa kali saya membeli secara lelang. Ini pun jatuhnya jauh lebih murah. Silakan lihat pada foto-foto dalam tulisan ini. Selain membeli secara nonlelang dan lelang, beberapa kolektor pernah mengirimi saya secara gratis. Tentu saja semakin bermanfaat untuk memberikan edukasi numismatik.
Sekali lagi masyarakat perlu mengetahui beberapa hal. Harga sebuah koleksi ada yang murah, ada pula yang mahal bahkan super mahal. Jangan percaya begitu saja terhadap koleksi yang ditawarkan masyarakat awam pada marketplace atau media sosial. Tanyakan lebih lebih dulu kepada para numismatis yang memiliki berbagai grup di Facebook.*** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H