Kota Bogor memiliki beberapa museum. Ada yang letaknya berdekatan sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kemarin saya menyempatkan diri ke Bogor. Saya naik kereta api dari Stasiun Juanda Jakarta. Sekitar satu jam saya sampai di Stasiun Bogor.
Saya berjalan kaki saja dari stasiun menyusuri Jalan Juanda. Sekitar 15 menit berjalan santai, saya sampai di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, yang populer disebut Munasain. Saya sudah pernah dua kali ke sini, terakhir pada 2019. Ternyata belum ada perkembangan, hanya tiket masuk yang naik dari 5 ribu menjadi 15 ribu.
Sebenarnya di seberang Munasain ada Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Namun karena terakhir ke sana 18 Oktober 2023 lalu, saya tidak mampir. Saya meneruskan berjalan kaki ke Museum Tanah dan Pertanian. Lokasinya di Jl. Juanda no. 98. Sekitar 20 menit saya berjalan kaki ke sana.
Museum Tanah
Nama Museum Tanah dan Pertanian (disingkat Mustani) terlihat jelas dari seberang jalan. Rupanya museum memanfaatkan gedung kuno atau bangunan cagar budaya.Â
Dulunya merupakan gedung Lembaga Penelitian Tanah yang berdiri pada 1905. Pada 29 September 1988 lembaga itu menginisiasi pendirian Museum Tanah.
Bertepatan dengan Hari Tanah Sedunia pada 5 Desember 2017, Museum Tanah diresmikan oleh Pak Amran Sulaiman, ketika itu menjabat Menteri Pertanian. Koleksi Museum Tanah berupa berbagai macam sampel batuan dan tanah.
Nah karena tanah dianggap berhubungan erat dengan pertanian, maka kemudian didirikan Museum Pertanian yang berisi informasi tentang sejarah pertanian dan kejayaannya, komoditas pertanian, program dan kebijakan Kementerian Pertanian, dan pertanian masa depan.
Pada 3 Maret 2020 dilakukan peresmian kembali Museum Tanah dan Pertanian oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.Â
Sampai kini total ada 5 galeri di museum itu, yakni Galeri Tanah, Iklim, dan Lingkungan Pertanian; Galeri Pangan dan Peradaban; Galeri Kebijakan dan Komoditas; Galeri Pertanian Masa Depan; dan Galeri Peternakan.