Berdasarkan data jejak-jejak penguburan tersebut, diketahui bahwa ada beragam bentuk penguburan pada masa lampau di Papua yaitu penguburan dalam gua/ceruk yang meliputi wilayah pegunungan tengah, pedalaman, dan pesisir serta pulau-pulau; penguburan pada celah/lubang dinding batu di wilayah pesisir; penguburan dalam tanah di wilayah pedalaman dan pesisir; penguburan menggunakan wadah di pesisir; penguburan dengan penyertaan bekal kubur di pesisir dan pedalaman; penguburan dengan cara pemumian dengan metode pengasapan, di Pegunungan Tengah Papua; dan penguburan dengan cara perabuan di Pegunungan Tengah Papua.
Sementara itu berdasarkan data arkeologi dan data etnohistoris terkait penguburan di wilayah Papua tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguburan pada masyarakat suku-suku di Papua baik yang di pesisir, pedalaman, dan pegunungan tengah sama-sama memanfaatkan gua/ceruk sebagai tempat penguburan. Selain itu mereka umumnya mengenal dua bentuk penguburan yakni penguburan primer dan sekunder. Penguburan dengan wadah di wilayah pesisir tampak dengan jelas (pengaruh Austronesia), demikian juga dengan penguburan yang menyertakan bekal kubur, penguburan dengan cara ditanam dalam tanah, penguburan dengan perabuan; dan pemumian.
Forum Kebinekaan
Webinar kali ini merupakan serial dari Forum Kebinekaan Seri #19 dengan tema "Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara". Diyakini keberadaan manusia dan budaya Austronesia sudah lama meninggalkan pengaruhnya dalam perkembangan budaya di Nusantara. Pada masa lalu Austronesia telah melakukan migrasi dan kontak dengan budaya lokal di Indonesia, antara lain di kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan untaian kawasan kepulauan Indonesia lainnya, dengan meninggalkan satu legasi yang terekam dalam berbagai bentuk dan ragam budaya masa lalu. Pada webinar ini beberapa peneliti mempresentasikan rekam jejak budaya masa lalu di Nusantara yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan ritual yang berkaitan dengan 'penguburan (jejak-jejak kubur) yang terdapat di beberapa bagian wilayah di Nusantara'.
Selain Erlin Djami, ikut berbicara Drs. Gunadi Kasnowihardjo, M.Hum., Dyah Hidayati, S.S., dan Sriwigati, S.S., M.Hum. Sebelum webinar, terlebih dulu sambutan dari Dr. Herry Jogaswara (Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra - BRIN), dengan pengantar dari Dr. M. Irfan Mahmud, S.S., M.Si (Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah - BRIN).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H