Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenangan Bis Surat dan Kantor Pos

22 Agustus 2023   13:31 Diperbarui: 22 Agustus 2023   13:34 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bis surat di Kantor Pos Bandung (Sumber: serbabandung.com)

Masa 1970-an hingga 2000-an boleh dibilang saya akrab dengan kantor pos. Ketika sekolah, saya gemar surat-menyurat dengan sahabat pena. Saya juga gemar berkirim surat ke sejumlah radio luar negeri siaran Bahasa Indonesia. Bersamaan dengan itu, saya juga gemar mengisi TTS atau kuis di media cetak atau radio. Selanjutnya saya gemar menulis artikel. Semuanya itu saya kirim melalui kantor pos.

Sebelumnya tentu saja saya membeli perangko terlebih dulu. Biaya untuk kartu pos lebih murah dibandingkan surat yang menggunakan amplop tertutup. Dulu ada biaya untuk kartu pos/surat biasa, ada pula untuk kartu pos/surat kilat.

Selain langsung lewat kantor pos, saya sering kali mengirim kartu pos dan surat lewat bis surat yang ada di jalan. Biasanya dekat sekolah, pasar, atau pusat keramaian terdapat bis surat. Cirinya adalah berwarna oranye. Dulu di dekat sekolah saya ada bis surat. Setiap pagi dan sore, petugas pos mengambil isi bis surat.

Cara memasukkan surat lewat bis surat (Sumber: radarbogor.com)
Cara memasukkan surat lewat bis surat (Sumber: radarbogor.com)

Tinggi

Sejumlah kantor pos di Indonesia merupakan tinggalan kolonial. Ini ditandai dengan ukuran bis surat yang ada di sana. Biasanya tinggi dan berat.

Bis surat kuno pernah saya lihat di Kantor Pos Jatinegara yang terletak di Jalan Matraman Raya. Adanya di seberang Lapangan Urip Sumohardjo atau di samping Seksi 7, sebutan untuk Kantor Polisi di daerah itu.

Sayang, sejak muncul telepon genggam, kegiatan berkirim surat semakin menurun. Komunikasi dilakukan secara langsung lewat telepon atau SMS. Bahkan menurun lagi sejak dunia mengenal internet, terlebih adanya email. Bayangkan, kalau lewat pos, sering kali informasi baru sampai dalam beberapa hari. Lewat telepon, SMS, atau email, informasi bisa segera sampai.

Langka

Sejak beberapa tahun lalu, tatkala media sosial menjamur, keberadaan kantor pos semakin langka. Aktivitas di kantor pos pun semakin menurun.

Sejak 2000-an di dekat rumah saya ada kantor pos kecil, lalu ada mobil pos dan bis surat. Namun kemudian saya sulit menemui kantor pos kecil. Mobil pos mungkin tidak beroperasi lagi. Ketika lewat, saya tidak melihat lagi bis surat. Seingat saya, tadinya ada dua.

Kabarnya, sejak beberapa tahun lalu ada waralaba kantor pos. Saya pernah membeli meterai di sebuah kantor pos kecil. Lokasinya di bagian depan rumah tinggal. Kantor pos ini juga menerima pembayaran telepon, PAM, dan PLN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun