Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selembar Kertas Usang, Bukti Sejarah Adanya Apotek Chung Hwa

11 Agustus 2023   11:07 Diperbarui: 11 Agustus 2023   11:10 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apotek Chung Hwa yang berubah menjadi Pancoran Tea House, foto diambil pada 2018 (Dokpri)

Ketika sedang beberes kertas dan dokumen milik orang tua, saya menemukan selembar kertas yang menarik perhatian. Pada lembaran itu tertulis Apotheek Chung Hwa, Glodok, dan Batavia.

Sejak beberapa tahun lalu saya tahu kalau Apotek Chung Hwa telah berubah menjadi Pancoran Tea  House. Saya pernah beberapa kali makan dan minum di sana. Di sana tersedia berbagai jenis minuman teh yang bisa diisi ulang. Makanan kecil dan makanan besar juga tersedia di sana.

Bahkan saya pernah menulis di Kompasiana, sebagaimana bisa di baca [Di Sini].

Kertas usang warisan orang tua yang menyebut Apotheek Chung Hwa (Dokpri)
Kertas usang warisan orang tua yang menyebut Apotheek Chung Hwa (Dokpri)

Tea House

Pancoran Tea House terletak di mulut pintu gerbang kawasan Glodok atau Pancoran. Lokasinya tidak jauh dari halte Transjakarta Glodok. Dulu bangunan itu memiliki luas sekitar 320 meter persegi. Dibangun pada 1928, pada masanya bangunan itu termasuk termegah di kawasan Pecinan atau Chinatown.

Apotek Chung Hwa hidup kembali setelah pihak otoritas di Kota Tua Jakarta merevitalisasi bangunan itu, termasuk belasan bangunan lain. Kalau tidak direvitalisasi, kondisi bangunan-bangunan di Kota Tua masih amburadul.  

Meski saat ini ukurannya tidak seperti ukuran aslinya--karena harus tergerus akibat pelebaran jalan---namun  nilai sejarah dan kesan eksotisme dari gedung itu tidak memudar seiring berjalannya waktu. Sebagai kedai teh, banyak wisatawan datang ke sini untuk mengisi perut.

Dulu tradisi minum teh telah mengakar di Batavia. Ini karena memiliki makna kesetiakawanan sosial. Pada 1663, misalnya, di daerah Pancoran tinggal seorang Kapiten der Chinezeen ketiga, Gan Djie. Ialah salah satu orang yang memulai tradisi minum teh di daerah Pancoran.

Beberapa arkeolog sedang kulineran di Pancoran Tea House (Foto koleksi Berthold S.)
Beberapa arkeolog sedang kulineran di Pancoran Tea House (Foto koleksi Berthold S.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun