Peran perempuan ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Salah satu informasi dari masa lalu itu kita peroleh dari Prasasti Gajah Mada yang bermasa 1351 Masehi. Prasasti itu menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno. Dikatakan Bhatara Sapta Prabhu atau Dewan Pertimbangan Agung Kerajaan Majapahit pada waktu itu dipimpin oleh seorang perempuan bernama Tribhuwanottunggadewi. Nama itu cukup dikenal di Majapahit.
Prasasti Gajah Mada bersama banyak artefak lain saat ini tengah dipamerkan di Museum Nasional. Pameran itu bertajuk The Truth Inside You atau Alunan Kisah tentang Perempuan, dibuka 15 Desember 2022 dan akan berakhir pada 15 Januari 2023.
Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Museum dan Cagar Budaya Pustanto, pameran ini akan menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian. Menurutnya, pameran ini digelar dalam menyambut peringatan Hari Ibu 22 Desember.
"Perempuan dituntut menemukan kembali jawaban dari pertanyaan, apakah hal-hal yang telah dilakukannya sudah menciptakan harmonisasi? Ini menjadi penting karena kompleksitas (dunia) perempuan menuntut perilaku adaptif dan kompromi terhadap perubahan yang terjadi," demikian  Pustanto sebagaimana dimuat dalam rri.co.id.
Total koleksi yang dipamerkan berjumlah 108, 102 di antaranya milik Museum Nasional. Sisanya berasal dari Museum Katedral, Museum Pusaka TMII, Museum Seni Rupa dan Keramik, Perpustakaan Nasional, Museum Sonobudoyo, dan Galeri Nasional.
Prasasti Gajah Mada
Melihat Prasasti Gajah Mada sungguh menarik. Aksara yang terpahat sangat jelas. Pembacaan pun menjadi mudah.
Beberapa tahun lalu ada pendapat bahwa Gajah Mada berasal dari Arab. Oleh orang iseng itu, nama Gajah Mada diganti Gaj Ahmada agar memberi nuansa Islami. Ternyata menurut pembacaan ahli prasasti kuno yang dikenal sebagai epigraf, tulisan pada prasasti mengacu pada Gajah Mada. Soalnya kalau Gaj Ahmada lain lagi goresannya.
Jauh sebelumnya Prasasti Jurungan dari masa 876 Masehi, mencatat bahwa kepala desa atau tuha wanua diampu oleh seorang perempuan bernama Srana. Selain itu ada seorang hulair atau petugas irigasi yang dijabat seorang perempuan.