Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Museum Perumusan Naskah Proklamasi Menggaungkan Kembali Semangat Kebangsaan

9 Agustus 2022   20:22 Diperbarui: 16 Agustus 2022   19:00 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurator pameran Bonnie Triyana sedang memberi penjelasan kepada Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid (Dokri)

Agustus dikenal sebagai bulan kemerdekaan. Maklum, proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Biasanya banyak kegiatan di bulan itu. Yang paling dikenal tentu saja lomba Agustusan yang selalu merakyat.

Museum pun banyak melakukan kegiatan, terutama Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Setelah dua tahun vakum karena pandemi, yakni pada 2020 dan 2021, pada tahun ini serangkaian kegiatan sudah disiapkan museum tersebut. 

Tajuknya AKSI, Agustus Kita Satukan Indonesia. AKSI berlangsung selama satu bulan, dari 9 Agustus 2022 hingga 10 September 2022. Kegiatan tetap berlangsung dengan mempertimbangkan prokes ketat.

"Kegiatan ini dilaksanakan untuk menggaungkan kembali semangat kebangsaan atau nasionalisme kepada seluruh elemen komponen bangsa, baik generasi tua, generasi muda, bahkan generasi Z," demikian menurut Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Harry Trisatya Wahyu.

Kegiatan-kegiatan AKSI bekerja sama dengan instansi terkait, komunitas, dan pelaku budaya. Pembukaan AKSI dilakukan pada 9 Agustus 2022 lewat pameran bertajuk Sakura di Khatulistiwa. 

Pameran menampilkan seluruh lini kehidupan masyarakat saat Jepang di Indonesia, antara lain segi sosial, ekonomi, dan budaya.

Dalam pembukaan tadi pagi, turut memberikan sambutan wakil dari Kedutaan Besar Jepang dan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.

Kurator pameran Bonnie Triyana sedang memberi penjelasan kepada Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid (Dokri)
Kurator pameran Bonnie Triyana sedang memberi penjelasan kepada Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid (Dokri)

Sebelum 1942

Kalau berbicara Jepang, pastilah kita memandang 'saudara tua' kita itu datang pada 1942. Namun sesungguhnya mereka sudah datang ke Nusantara jauh sebelum itu. 

Kedatangan mereka berawal ketika VOC Belanda mempekerjakan ronin atau samurai tak bertuan sebagai tentara bayaran untuk memadamkan perlawanan rakyat Banda (1621).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun