Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Siapakah Polisi Teladan, Soekanto, Hoegeng, ataukah Keduanya?

26 Mei 2022   09:59 Diperbarui: 1 Juli 2022   06:49 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolri pertama Soekanto (kiri) dan Kapolri kelima Hoegeng (kanan)/Sumber: kompaspedia.kompas.id dan kompas.com

Dulu moralitas polisi banyak dipertanyakan. Suatu hari Presiden Abdurrahman Wahid ngobrol santai dengan para wartawan. Kata Gus Dur, panggilan akrab beliau, polisi yang baik itu cuma tiga, yakni polisi tidur, patung polisi, dan polisi Hoegeng. Sejak itulah lelucon khas Gus Dur terus beredar, bahkan sampai kini.

Hoegeng Iman Santoso, begitulah nama lengkap Hoegeng (1921-2004). Beliau menjadi Kapolri ke-5 mulai 1968, dikenal sebagai polisi paling berani dan jujur di Indonesia oleh media dan masyarakat. Hoegeng hidup pada era ketika banyak pejabat pemerintah melakukan korupsi. Sayang karena keberaniannya itu, jabatan Hoegeng berlangsung singkat: 3 tahun (1968-1971).

Selama kepemimpinan Hoegeng, menurut Buku Panduan Museum Polri (2009), banyak hal terjadi dalam tubuh Polri. Pertama, beliau melakukan pembenahan sehingga menghasilkan struktur baru yang lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, perubahan nama pimpinan polisi. Pada 1969, nama Angkatan Kepolisian Republik Indonesia (AKRI) diubah menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Selain itu sebutan Panglima AKRI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri).

Melihat banyak kecelakaan lalu lintas di jalan, Hoegeng pernah mengeluarkan ide orisinal pemakaian helm. Sayang, ide untuk mengurangi kematian itu ditentang banyak pihak. Soalnya Hoegeng dianggap bekerja sama dengan pengusaha. Pemakaian helm baru dilaksanakan pada 2009.

Ketika menjadi polisi, Hoegeng tidak memperbolehkan keluarganya menerima pemberian dari siapa pun. Termasuk melakukan perjalanan ke luar negeri dengan fasilitas negara. Ibu Hoegeng baru merasakan luar negeri setelah diberi hadiah oleh Kick Andy Show beberapa tahun lalu.

Setelah tidak menjabat Kapolri, Hoegeng mengisi acara di TVRI seperti "Hawaiian Seniors". Juga menyalurkan hobi melukis dan mengisi acara radio.

Pada masa Orde Baru, Hoegeng ikut menandatangani Pernyataan Keprihatinan atau Petisi 50. Nama Hoegeng diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Bhayangkara di Mamuju  dan  stadion sepak bola di Pekalongan, tempat ia sekolah MULO.

Hoegeng (kanan) pada 1970/Sumber: kompas/Hendranto
Hoegeng (kanan) pada 1970/Sumber: kompas/Hendranto

Soekanto

Menurut para pakar dan pengamat, sebenarnya ada lagi polisi jujur dan berani. Beliau adalah Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (1908-1993). Beliau adalah Kapolri pertama yang dulu bernama Kepala Kepolisian Negara (KKN). Beliau paling lama menjabat Kapolri (1945-1959). Ketika melantik Soekanto, Presiden Sukarno berpesan agar Soekanto membentuk kepolisian nasional yang terpecah-pecah pada masa Hindia-Belanda.

Sebagai KKN, beliau memiliki gagasan agar kepolisian berdiri sendiri dalam satu kementerian. Hal ini agar kepolisian bersifat independen, tidak diintervensi oleh masalah-masalah politik sehingga terbentuk kepolisian yang profesional.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun